Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Puisi: Lorong Gelap

Diperbarui: 24 Juli 2021   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar untuk puisi Lorong Gelap. Gambar dari pixabay.com

Kita sedang berada dalam labirin dari lorong-lorong yang gelap. Cahaya di ujung belum nampak, sedangkan cahaya dari pelita sudah nyaris jadi titik penghabisan.

Mencekam. Siang sedang berjibaku dengan malam. Tiap detak jantung yang bergema di ambang stetoskop, tiap napas yang berhasil dihela ke kantong paru-paru, jadi taruhan.

Pilu sudah di ujung sepi. Keheningan membuat suara-suara kecil seperti isak dan derit roda ranjang pasien begitu dekat, seperti mendengar suara embusan napas sendiri. Kita hanya bisa saling menggenggam jemari karena wajah-wajah tertutup silam.

Mencekam. Kegelapan terus berusaha membunuh harapan. Jadi kita harus terus bergerak bersamanya meskipun tertatih dan terantuk berkali-kali pada tubuh-tubuh yang telah tumbang.

Kita sedang berada dalam labirin dari lorong-lorong yang gelap. Berpacu dengan waktu dan kewarasan, mendekap erat cold box yang harus segera dipertemukan dengan cahaya.

--- 

kota daeng, 4 Juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline