Seorang pujangga jatuh cinta pada purnama, purnama jatuh ke dalam pelukan malam
dan malam tersaji dalam secangkir kopi.
Sang pujangga pun hanyut dalam setiap kepulan dan sesap tetes demi tetes kopi itu.
Barangkali demikian caranya memanen energi untuk menciptakan karya demi karya. Jatuh cinta dan kemudian meminum cintanya sendiri, membuatnya sanggup menuliskan berlembar-lembar puisi yang penuh rasa dan daya pikat.
Sayangnya, dia tidak membiarkan orang lain jatuh cinta kepadanya. Tidak, bahkan sampai seluruh rambutnya memutih, tangannya bergetar dan pandangannya memudar.
Sampai akhirnya pada suatu malam, dia memutuskan untuk jatuh cinta pada seorang wanita. Dia menyusuri sungai dan benua, kota dan desa, untuk menemukan cinta itu. Tapi sudah tidak ada lagi pintu hati yang terbuka.
Sang pujangga pun menciptakan seorang wanita dari untaian puisi yang kaya rima dan metafora. Wanita itu begitu cantik dan penuh pesona, benar-benar layak untuk dicintai.
Sayang, wanita itu tidak bisa balas mencintai, karena dia adalah karya terakhir sang pujangga.
---
Mandetek, 15 September 2020