Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Apakah Gibran Tetap "Cool" Setelah Terjun di Dunia Politik?

Diperbarui: 23 Juli 2020   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gibran Rakabuming. Gambar dari regional.kompas.com

Beberapa hari yang lalu, artikel Kompasianer Gapey Sandi yang ditulis dua tahun lalu dan mengulas sosok Gibran Rakabuming di talkshow Mata Najwa menjadi featured article. Dalam artikel tersebut, Bung Gapey mencoba mengangkat beberapa "blunder" kecil (tapi ternyata berdampak besar) Najwa Shihab yang membuat talkshow berjalan tidak semeriah biasanya. Saat mewawancarai politisi, Najwa biasanya sukses mengorek isi kepala si politisi. Mereka malah sering dibuat gelagapan sendiri menjawab pertanyaan-pertanyaan taktis Najwa Shihab.

Tapi menghadapi Gibran yang "cool" justru Najwa Shihab yang seperti keteteran. Beberapa pertanyaan tertutup yang biasa sukses memancing politisi masuk ke dalam "jebakan betmen" ala Najwa Shihab tidak bekerja pada Gibran (Artikelnya bisa dibaca pada link ini: Najwa Shihab Kurang Greget Wawancarai Gibran "Biasa Aja")

Saat itu Gibran memang bukan sosok kontroversial atau sosok yang sedang disoroti. Hanya seorang anak presiden yang punya usaha catering, jauh dari bau-bau politik. Melihat sosoknya yang sangat "cool" dan irit ngomong kita pun mungkin tidak pernah kepikiran kalau orang muda ini bisa nyemplung dalam dunia politik yang sarat retorika.

Rasa-rasanya jarang sekali melihat politisi yang irit ngomong. Karena jika dianalogikan sebagai seorang sales, ya politisi itu harus pandai menjual ide-idenya. Apalagi jika ingin meraup suara sebanyak-banyaknya dari konstituen.

Iya, ada juga tokoh yang pendiam dan terlihat tidak banyak retorika, tapi bisa sukses dalam karir politik. Sosok Jokowi contohnya. Tapi peruntungan setiap orang kan berbeda-beda.

Motivasi dari lubuk hati terdalam seorang Gibran yang membuatnya terjun ke dalam kancah pemilihan walikota Solo, hanya Tuhan dan dia yang tahu. Apakah aji mumpung karena bapaknya seorang Presiden, apakah merasa di atas angin karena dukungan petinggi partai, apakah benar-benar tulus ingin membantu masyarakat, atau kombinasi dari motivasi-motivasi tersebut? Kita semua boleh memberi penghakiman. Tapi sekali lagi hanya Tuhan dan dia sendiri yang tahu, apa motivasi dari lubuk hati terdalam yang menggerakkannya menempuh jalan politik yang bikin polemik itu.

Pertanyaan besarnya, apakah trademark sebagai sosok yang "cool" bisa membuat langkahnya mulus seperti sang bapak, atau dia mesti belajar retorika seperti halnya politisi-politisi yang lain. Saya juga jadi penasaran apa kira-kira kalau saat ini diwawancarai Najwa Shihab lagi, dia masih jadi "Mr. Biasa Saja" atau sudah punya jawaban yang lebih taktis dan diplomatis.

Pembaca sekalian penasaran atau tidak?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline