Pada awal Juni, rata-rata rating aplikasi detikcom di playstore masih 3.0. Saat itu jumlah rating bintang 5 dan bintang 1 masih sama kuat, sehingga membuahkan rata-rata rating tersebut. Tapi rupanya 3.0 bukan titik terendah rating app penyedia berita ini. Rating jelek dari pengguna terus berdatangan sehingga jika mengamati performa app saat ini, rating-nya sudah menyentuh 1.1.
Artinya pengguna yang memberi rating bintang satu jumlahnya sudah jauh lebih besar dari rating lainnya.
Apa yang terjadi?
Jika melihat sejumlah review atau ulasan dari para pemberi rating, masalah utama pada portal berita detik.com adalah masalah clickbait dan misleading. Judul berita ampuh memancing klik pembaca, tetapi setelah dibaca isi beritanya ternyata biasa-biasa saja. Sayangnya, judul berita yang clickbait atau misleading ini sering jadi bahan gorengan yang bisa menimbulkan "keriuhan" di tengah masyarakat.
Untuk hal ini, ada contoh kecil yang bisa kita lihat kembali. Mungkin pembaca masih ingat berita tentang Jokowi dan pembukaan mal pada akhir bulan Mei yang diturunkan detik.com.
Pada berita yang diturunkan paling pertama, judul beritanya seperti ini "Jokowi Pimpin Pembukaan Sejumlah Mal di Bekasi Siang Ini di Tengah Pandemi."
Judul berita ini kemudian diralat menjadi "Pemkot: Jokowi Siang Ini ke Bekasi, Dalam Rangka Pembukaan Mal", setelah itu diralat lagi menjadi "Pemkot Bekasi Luruskan soal Kunjungan Jokowi: Cek Persiapan New Normal." Jadi dalam satu hari, terjadi dua kali ralat judul berita.
Judul berita yang paling pertama itu rentan untuk menjadi bahan gorengan pihak-pihak yang selama ini getol mencari-cari kesalahan Jokowi. Apalagi banyak warganet yang hanya suka membaca judul lalu menyimpulkan sendiri. Kalau mereka kemudian mengikuti ralat judul berita mungkin jadi paham kejadian yang sebenarnya. Tapi bagaimana dengan yang tidak mengikuti lagi ralat judul beritanya?