Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Cerpen | Tragedi Amplop yang Tertukar

Diperbarui: 19 April 2020   20:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar dari health.kompas.com/

Sudah hampir sejam kami bertiga, saya dan dua teman kantor lainnya, berada di kamar perawatan Romo Yosep. Romo sudah nampak jauh lebih sehat dibanding saat kami mengunjunginya minggu lalu.

 Romo sudah hampir tiga minggu ini jadi penghuni rumah sakit karena penyakit saraf terjepit. Kendati sudah lebih sehat, ceria Romo belum 100% kembali. Kalau tidak sedang sakit, lawan bicaranya yang kewalahan menanggapi obrolan atau candaannya. Kali ini kami yang lebih banyak mendominasi obrolan.

Kami pun saling pandang sebagai isyarat untuk segera mengakhiri waktu menjenguk ini. Riska yang secara unofficial menjadi juru bicara kami pamit kepada Romo dan keluarganya, Om Ferry adik bungsu Romo, dan Kei, salah satu keponakan Romo yang masih kuliah. Lalu Riska, Aku dan Rudi menyalami mereka.

Sebelum keluar pintu kamar, aku mengeluarkan dari dalam tas amplop berisi uang hasil saweran kami bertiga dan menyerahkannya ke Om Ferry.

Om Ferry terkejut.

"Eh, apa ini, Paul?" tanyanya. Dia belum menyambut uluran tanganku.

"Ini sedikit dari kami, Om. Siapa tahu romo pengen beli sesuatu. Tadi rencana mau singgah beli buah, tapi gak keburu jadi ya uangnya kami amplopkan saja."

"Hehehe... kalian tak usah repot-repot begitu. Kalian ke sini saja romo sudah senang kok," sambung Romo Yosep dari atas tempat tidur.

"Gak apa-apa kok, Mo," aku kembali menyodorkan amplopnya ke Om Ferry.

"Om, diterima om amplopnya. Takutnya nanti amplopnya masuk ke tas dia lagi, kebiasaan kalau habis nagih kredit bermasalah," canda Riska.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline