Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Social Distancing, Waktu Emas para Introver

Diperbarui: 8 April 2020   09:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar dari kompas.com

Covid-19 menjadi musibah yang melanda seluruh dunia. Per 6 April 2020 secara global orang yang positif mengidap Covid-19 berjumlah 1,27 juta orang, dengan jumlah kematian 69.309 orang dan sebanyak 259.810 orang dinyatakan sembuh (kompas.com).

Menyikapi pandemi ini setiap negara memiliki kebijakan dan strategi masing-masing, tapi semua negara sepakat menerapkan social distancing yaitu menjaga jarak dari kerumunan/kumpulan orang untuk meminimalkan risiko penyebaran virus Corona.

Sejumlah aktivitas yang biasanya dilakukan secara kolektif seperti belajar, bekerja bahkan beribadah pun dilakukan dari rumah masing-masing. Jadi sambil melakukan karantina mandiri, sebagian orang masih bisa melanjutkan aktivitas sebagaimana biasanya dengan bantuan perangkat telekomunikasi.

Masalahnya tidak semua orang betah berlama-lama mengurung diri di rumah, apalagi mereka yang sudah terbiasa berinteraksi dengan orang lain. Kalau sehari dua hari, mungkin masih bisa dibuat betah. Tapi bagaimana kalau seminggu dua minggu, atau sebulan dua bulan?

Sebagai makhluk sosial, sudah merupakan panggilan jiwa kita untuk terhubung dengan orang lain. Kita selalu saling membutuhkan satu sama lain.

Gawai dan internet mungkin bisa menolong untuk sementara waktu, tapi bagaimana pun juga segala kecanggihan teknologi itu tidak bisa menggantikan "nilai" dari pertemuan secara langsung. Apalagi dengan orang-orang yang selama ini cukup dekat dengan kita, rekan kerja, teman sekomunitas, kerabat dan lain-lain.

Introver dan Ekstrover

Para ekstrover paling merasakan dampak dari social distancing ini. Bagi mereka, dunia di luar sana adalah dunia sebenarnya. Kehidupan mereka terpusat pada interaksi dengan orang lain. Bersosialisasi, mencari teman baru, chit chat tanpa henti dan segala euforia di sekitar mereka.

Sebaliknya waktu social distancing ini adalah masa jaya para introver. Berbeda dengan ekstrover, para introver cenderung lebih menutup diri. Pusat kehidupan mereka adalah dirinya sendiri dan segala sesuatu yang mereka pikirkan. Mereka adalah makhluk yang "tidak nyaman" berada di tengah-tengah keramaian dan segala keriuhannya.

Ini yang membuat banyak yang salah kaprah, menganggap introver adalah orang-orang yang apatis, anti-sosial bahkan sombong, karena sulit connect dengan orang yang baru dikenal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline