Lewat emosi di ujung jemari
nyawa-nyawa kita suntikkan pada data
membuatnya hidup dan bersaksi
jadi seperti cendekiawan di mimbar agama.
Sayangnya,
kita lupa
statistik hanyalah angka dan aksara hampa
tanpa manusia di dalamnya.
Kita lupa
kita-lah yang memberi mereka nyawa, bukan sebaliknya.
kita-lah yang memberi mereka nilai, bukan sebaliknya.
Sampai terjadi pandemi
kita seperti bangun dari mimpi
dan menyadari
statistik memberi kita sepenuh-penuhnya kuasa
untuk membentuknya menjadi apapun yang kita inginkan.
---
kota daeng, 26 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H