Andaikan cinta bisa dilipat seperti origami, rumah kita pasti sudah penuh dengan angsa, pesawat dan perahu-perahu dari kertas. Penuh, sesak, sampai kita kesulitan menemukan gagang pintu padahal tamu sudah membunyikan bel sejak tadi. Saat pintu terbuka, kita terkejut karena di luar sana ternyata lebih banyak lagi angsa, pesawat dan perahu-perahu dari kertas.
Pesawat mengejar perahu, perahu mengejar angsa, angsa yang tidak menemukan tempat sembunyi pun membunyikan bel berkali-kali.
Andaikan cemburu bisa dimakan seperti cake, kita berdua sudah pasti memenuhi lemari dengan kue favorit masing-masing. Bahkan, mungkin sejak lama kita sudah divonis diabetes dan setiap kali keluar dari ruang praktik dokter, kita kesulitan karena overweight yang tidak turun-turun.
Tapi andaikan cinta dan cemburu itu bisa diminum dan di-mix seperti bir dan anggur, kita berdua tidak akan pernah mabuk kendati sudah menenggak bergalon-galon. Selalu masih ada ruang di pojok-pojok pikiran yang tersisa untuk merangkai kesadaran dan kata-kata yang diobrolkan sambil duduk di tangga rumah dan memandang matahari yang terbenam di bibir kota.
Kita berdua bercengkerama, berharap senja tidak segera berganti malam, sembari memandang bocah-bocah yang sedang melahap kue dan membuat origami di beranda.
---
kota daeng, 10 Februari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H