Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Puisi | Jejak-jejak Karbon

Diperbarui: 11 Januari 2020   02:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar: www.nkrealtors.com

Udara terpanggang, tanah mendidih, lalu hutan di pesisir dan tengah benua jadi laut api, menelan jutaan margasatwa menjadi serpih.

Kita kehilangan. Kehilangan sebagian rumah, kehilangan sebagian kawan sesama penghuni bumi, kehilangan sebagian harapan, kehilangan tawa, kehilangan kata-kata.

Kita mengutuk matahari, tapi di sisi lain kita mengutuk hujan, bahkan kita ingin mengutuk Tuhan, mengutuk apa pun yang menyeruak di antara kaki kita. Sampai tersadar sesungguhnya kita sedang mengutuk diri sendiri yang meninggalkan dosa kelam di antara jejak-jejak karbon kita.

Tidak banyak yang sadar dan lebih sedikit lagi yang peduli. Semakin panjang jejak karbon yang kita tinggalkan, semakin tinggi temperatur rumah kita.

Lalu udara terpanggang, tanah mendidih, lalu hutan di pesisir dan tengah benua jadi laut api.

---

kota daeng, 10 Januari 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline