Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Sidang KWI Bicara tentang Dokumen Abu Dhabi

Diperbarui: 8 Desember 2019   20:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar dari https://internasional.kompas.com/ 

Belum lama ini, tepatnya tanggal 4-14 November 2019 lalu, para uskup yang tergabung di dalam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengadakan sidang tahunan di Bandung, Jawa Barat. Tema pertemuan ini adalah "Persaudaraan Insani untuk Indonesia Damai". Tema ini dipilih karena menyangkut isu yang sangat aktual yaitu hadirnya paham ekstremisme yang dapat mengancam perdamaian dan keutuhan bangsa.

Tema ini juga selaras dengan isi Dokumen Abu Dhabi, yaitu deklarasi hasil pertemuan antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar, Dr. Ahmed At-Tayyeb di Abu Dhabi Uni Emirat Arab 4 Februari 2019 lalu.

Benang merah Pembicaraan kedua tokoh agama adalah mengenai "persaudaraan insani". Untuk mewujudkan dunia yang lebih damai, hendaknya semua orang dapat lebih menerima perbedaan-perbedaan satu dengan yang lain dengan memandang sesama manusia sebagai sesama saudara. Persaudaraan insani adalah persaudaraan lintas agama, lintas budaya, bahasa dan suku bangsa. Jadi dalam persaudaraan insani tidak ada lagi mayoritas atau minoritas, karena semua sederajat.

Sidang KWI menghubungkan tema tersebut dengan keadaan bangsa dan tanah air belakangan ini. Keutuhan bangsa kita sedang diuji karena sebagian masyarakat, secara sadar atau tanpa sadar terbawa pada pola pikir ekstremisme yang dapat membawa perpecahan.

Sidang KWI tersebut telah usai dilaksanakan. PR berikutnya adalah meneruskan hasil sidang tersebut khususnya pada masyarakat di akar rumput. Oleh karena itu, Pastor-pastor di Keuskupan Agung Makassar secara khusus diminta untuk membacakan hasil sidang KWI tersebut dalam perayaan misa minggu ini.

Saya berkesempatan mendengar pembacaan hasil sidang KWI tersebut saat mengikuti Misa minggu sore tadi di Paroki St. Paulus Tello, Makassar. Naskah hasil sidang KWI tersebut lumayan panjang. Jadi saya akan menuliskan beberapa point penting yang bisa saya rekam dalam ingatan untuk dibagikan kepada pembaca sekalian.

  • Dalam persaudaraan insani, hal terpenting yang harus dilakukan bukan pertama-tama mencari persamaan antara yang satu dan yang lain, tetapi bagaimana menerima perbedaan-perbedaan antara yang satu dan yang lain. Persaudaraan insani pada akhirnya harus membawa kebaikan dalam segala lini kehidupan umat manusia.
  • Sikap ekstremisme dapat dicegah sejak dini dalam keluarga. Keluarga adalah tempat paling pertama untuk mendidik anak-anak agar menumbuhkan sikap persaudaraan insani.  
  • Semua orang dapat menghayati hidup agama yang inklusif tanpa harus kehilangan identitasnya. Dan dalam hal ini, Pemerintah diharap memainkan peranannya dengan baik sebagai pengayom masyarakat.
  • Gereja mengajak umat dan siapa saja yang peduli pada perdamaian: tokoh politik, tokoh agama, budayawan, seniman, public figure dan semua orang untuk bergandengan tangan mewujudkan persaudaraan insani. Memang menjaga perdamaian dan keutuhan bangsa sebesar Indonesia bukan pekerjaan mudah dan membutuhkan kerja sama semua pihak dari segala lapisan masyarakat untuk mewujudkannya.

Walaupun dirumuskan oleh para uskup dan disampaikan pada saat Misa, pesan-pesan ini sebenarnya temanya sangat universal dan dapat dapat diterima siapa saja. Paling tidak bisa untuk menambah wawasan juga dapat menjadi bahan refleksi untuk kita sekalian.

Salam persatuan (PG).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline