Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

4 Rasio Keuangan Pribadi yang Harus Kita Ketahui

Diperbarui: 14 Juli 2019   18:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi rupiah (Thinkstockphotos.com) | Kompas.com

Tidak semua orang menyadari manajemen keuangan pribadi atau rumah tangga sama pentingnya dengan manajemen keuangan organisasi atau perusahaan. Yang membedakan keduanya hanyalah volume dan pemangku kepentingan (termasuk pertanggungjawaban) manajemen keuangan tersebut. Prinsip dasarnya sama, tanpa pengelolaan yang baik, rumah tangga atau organisasi akan menuju kepada kegagalan keuangan.

Dalam manajemen keuangan ada beberapa rasio yang diperlukan untuk memantau keadaan keuangan. Rasio keuangan ini adalah perbandingan dari beberapa aspek yang menggambarkan keadaan keuangan dalam satu waktu tertentu.

Dengan memantau rasio-rasio keuangan ini secara periodik, manajer keuangan jadi mengetahui perkembangan keadaan keuangan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat jika terjadi masalah atau ingin melakukan ekspansi usaha serta keputusan-keputusan keuangan penting lainnya.

Rasio keuangan perusahaan pada umumnya lebih kompleks daripada rasio keuangan yang dibutuhkan dalam manajemen keuangan pribadi. Tetapi pada prinsipnya rasio-rasio keuangan pribadi ini tetap penting untuk diamati dari waktu ke waktu. Dari sejumlah rasio keuangan, mari kita fokuskan pengamatan kita pada empat rasio keuangan berikut.

Rasio Utang (Debt Ratio)
Rasio utang adalah jumlah pengeluaran yang dialokasikan untuk membayar utang (pokok dan bunga pinjaman) dibandingkan dengan pendapatan setiap bulannya. Jadi jika setiap bulan bapak X memiliki pendapatan sebesar Rp10.000.000 dan membayar utang sebesar Rp2.700.000 maka bapak X memiliki rasio utang sebesar 27%.

Idealnya rasio utang ini maksimal sebesar 30% (beberapa referensi menyebut 40%). Semakin kecil rasionya semakin baik untuk pengelolaan keuangan kita.

Jika rasio utang berada di atas 30%-40%, dikhawatirkan kita akan kesulitan mengalokasikan pendapatan yang tersisa untuk pos-pos pengeluaran lainnya, seperti tabungan, tagihan rutin, biaya hidup sehari-hari dan lain-lain. Kadang terjadi juga, ada pengeluaran mendadak dalam jumlah besar. Jika terjadi demikian, kita menjadi rentan pada risiko gagal bayar pinjaman. Padahal ini harus dihindari agar riwayat pinjaman kita tetap bersih dan tidak mengalami masalah dengan pihak kreditur.

Cara untuk menjaga rasio utang tetap ideal adalah mengambil pinjaman secara bijak dan sedapat mungkin menghindari pinjaman yang bersifat konsumtif.

Rasio Tabungan (Saving Ratio)
Rasio tabungan adalah jumlah pengeluaran yang dialokasikan untuk tabungan atau investasi dibandingkan dengan pendapatan setiap bulannya. Jadi jika setiap bulan bapak X memiliki pendapatan sebesar Rp10.000.000 dan mengalokasikan pendapatan sebesar Rp500.000 untuk tabungan maka Bapak X memiliki rasio tabungan sebesar 5%.

Menabung atau berinvestasi adalah cara kita untuk meningkatkan daya beli di masa yang akan datang, jadi sebaiknya ada alokasi rutin untuk tabungan/investasi setiap bulan. Idealnya rasio tabungan ini sebesar minimal 10% dari pendapatan. Semakin besar rasionya, semakin baik, dengan tetap memperhatikan kebutuhan atau pengeluaran yang lain.

Debt to Asset Ratio
Debt to Asset Ratio adalah total seluruh saldo utang kita dibandingkan dengan jumlah aset yang kita miliki. Aset yang dimaksud di sini adalah gabungan dari seluruh jumlah tabungan (baik jangka pendek maupun jangka panjang), investasi, properti dan harta kita yang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline