Pada pipi merah merona
aku titipkan kecup ragu yang berusaha berkelana
dari setengah hati yang masih selami sejatimu.
Memang
cahaya matamu seperti matahari yang naik dari ujung padang
hangat membangunkan embun di pelukan ilalang
namun
setengah hati lagi masih membeku di masa lalu.
Di atas meja jemari lentikmu masih menggenggam kenangan
dan dalam cangkir cappucino
aku samarkan detak jantung dalam-dalam.
Kita milik malam yang menggelayut manja
mencoba mereguk manis asmara
tetapi sebenarnya cawan kita berbeda.
Pada bibir merah merayu
aku titipkan kecup ragu dalam warna abu-abu
mencari kebenaran
cintakah
atau sekali lagi fatamorgana?
---
kota daeng, 6 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H