Hujan meleleh
tapi api yang membakar hati tak kunjung mati
pun sentuhan dan pelukan
yang mestinya menyejukkan.
Bulir-bulir air merias kaca restoran
dan untuk aku kamu sudah berdandan.
Pertemuan ini mestinya menyenangkan.
Hujan meleleh
tapi lelakimu masih setia menunggu
di bawah payung hitam
dan bulir air yang merias kaca restoran
lalu api yang membakar hati belum berhenti.
Akhirnya di sinilah kita
mengucapkan perpisahan dengan senyuman
lalu menghapus kisah kita dengan pelukan.
Seiring kepergianmu
hujan terus meleleh
membasahi kaca restoran
dan pipi yang kehilangan sentuhan.
---
kota daeng, 11 Februari 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI