Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Puisi | Hujan Meleleh

Diperbarui: 11 Februari 2019   21:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar dari https://kr.123rf.com

Hujan meleleh
tapi api yang membakar hati tak kunjung mati
pun sentuhan dan pelukan
yang mestinya menyejukkan.
Bulir-bulir air merias kaca restoran
dan untuk aku kamu sudah berdandan.

Pertemuan ini mestinya menyenangkan.

Hujan meleleh
tapi lelakimu masih setia menunggu
di bawah payung hitam
dan bulir air yang merias kaca restoran
lalu api yang membakar hati belum berhenti.

Akhirnya di sinilah kita
mengucapkan perpisahan dengan senyuman
lalu menghapus kisah kita dengan pelukan.

Seiring kepergianmu
hujan terus meleleh
membasahi kaca restoran
dan pipi yang kehilangan sentuhan.

--- 


kota daeng, 11 Februari 2019

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline