Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

[RTC] Jejak Kehidupan

Diperbarui: 16 Januari 2019   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar dari sakinahamid.com

Ibu Jen menyayangi semua anak panti asuhan yang berjumlah dua puluhan orang itu, seperti menyayangi anak kandungnya sendiri.  Kendati keuangan panti asuhan lebih sering berjalan terseok-seok daripada berjalan mulus, dia bersama lima orang karyawan terus berjibaku mempertahankan kelangsungan hidup tempat itu. 

Satu hal yang menguatkan ibu Jen dan para karyawan panti asuhan adalah dalam mata bening setiap anak, mereka melihat cercah cahaya dari masa depan, seperti cahaya matahari pagi yang menjanjikan hari yang cerah bagi siapa saja yang memandangnya.

Bagi ibu Jen secara pribadi, tawa ceria setiap anak cukup sudah menjahit luka hatinya akibat kehilangan dua orang anak kandungnya yang masih sangat belia dan suami tercinta karena bencana tsunami besar 12 tahun lalu. 

Memang luka itu tidak akan pernah benar-benar sembuh, tapi paling tidak kehadiran anak-anak dapat memompakan semangat baru dalam hidupnya dan selalu bisa mengisi relung-relung jiwa yang mendadak hampa setiap kali mengingat peristiwa kelam itu.

Matahari masih bersinar malu-malu saat ibu Jen serta Marni dan Risma, dua orang karyawati panti asuhan sedang memotong-motong sayuran dan memasak air panas untuk sarapan pagi anak-anak yang akan masuk sekolah pagi. Melalui pesawat televisi tua di pojok dapur, mereka mengikuti perkembangan bencana di Palu yang sudah menelan korban ribuan jiwa.

Sesekali mereka mengekspresikan empati yang mendalam saat mendengar berita atau memandang gambar-gambar yang mengiris perasaan.

Aco, salah satu karyawan yang bertugas menjadi tukang kebun merangkap sopir dan teknisi panti asuhan masuk lewat pintu yang menghubungkan dapur dengan ruang makan panti asuhan sambil memberi salam.

Saat membalas salam Aco, mereka terperangah. Di tangan kanannya dia menggendong seorang bocah laki-laki berusia dua tahunan. Anak itu semula bersandar di bahu kanan Aco, tapi langsung berbalik begitu mendengar salam ibu-ibu di hadapan Aco.

Begitu melihat mata anak itu, ibu Jen mendadak terenyak. Cahaya dari mata anak itu lalu langsung menarik kesadarannya jauh, jauh ke masa 12 tahun lalu. Yang lain sedikit kebingungan dibuatnya. Untunglah trance ibu Jen tidak berlangsung lama. Saat sudah menguasai diri kembali, dia langsung mendekat.

"Anak siapa ini, Aco?" tanyanya perlahan.

Aco tersenyum menggoda, "Ya anak saya, Bu."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline