Sudah tiga setengah jam penumpang ditelantarkan. Mestinya ada kompensasi dari maskapai, entah itu makanan, kudapan atau paling tidak permohonan maaf bertubi-tubi. Tapi nihil.
Akhirnya para penumpang, termasuk Teddy dan Jojo bersatu padu menumpahkan amarah pada petugas darat. Memang jam digital di salah satu pojok ruang tunggu sudah menunjukkan pukul 23.10 malam, jadi hampir pasti para penumpang telah mengisi perut mereka. Tapi sekalipun demikian, keterlambatan penerbangan seperti ini bisa membuat sari-sari makanan menguap entah ke mana.
"...pesawat pengganti sedang menuju ke sini, Pak. Mohon kesabarannya..." untuk kesekian kalinya petugas darat pria yang bertubuh ceking berusaha menenangkan para penumpang. Sekalipun ceking, dua orang petugas wanita lainnya berusaha bersembunyi di balik tubuh itu sambil sesekali menimpali jawaban si pria.
Para penumpang tidak mau mengerti,
"Kok belum sampai-sampai?!"
"Iya, kamu bohong ya?!"
Dan jawaban tak nyaman lainnya meluncur dari mulut penumpang.
"...pokoknya saya mau duit saya kembali!" Teddy pun ikut bersuara keras. Dia tidak menyangka seruannya itu mengalihkan perhatian penumpang yang lain. Lalu mereka kompak memandang Teddy, yang saat ini mengenakan jaket dan jelana tiga perempat berbahan jeans dan sepatu sneaker kusam. Jojo menyoleknya dari belakang.
"Mohon maaf, Pak. Refund baru diberikan jika ada pembatalan penerbangan...," sahut petugas.
Teddy yang mulai merasa di atas awan tidak mau mengalah. Dia langsung memotong penjelasan petugas di hadapannya.
"Kalau pihak maskapai tidak mau, saya akan gugat! Kita bawa ke jalur hukum!"