Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Puisi | Melipat Senja

Diperbarui: 15 Juli 2018   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: flickr.com

Aku duduk di ambang rumah
dalam hening terbius oleh pesona petang
yang telah datang dan nyaris menghilang.

Aku menghitung lembaran kenangan
yang berjatuhan dari langit berwarna tembaga
sebelum pasir meluruhkannya menjadi embun
dan rerumputan meminum sari-sarinya.

Tidak ada kata berpisah kali ini
aku hendak mengucapkannya
tapi kerinduan menempelkan telunjuk di depan bibirnya
sebelum berlayar bersama burung-burung camar
pulang ke peraduan.

Aku berdiri di ambang kesadaran
kebisuan telah menggantikan tempat kesedihan di sisiku
menumpangkan bahunya untuk kepala dan air mataku.

Aku pun melipat petang ini menjadi perahu kertas
lalu melarungnya di atas muara doa
menuju samudera abadi
tempat segala beban hati diringankan
dan segala dahaga dipuaskan.

---

kota daeng, 15 Juli 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline