Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Paus Fransiskus Bicara tentang Berita Palsu

Diperbarui: 16 Mei 2018   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: leaside.info

Pada tanggal 13 Mei 2018 yang lalu, Gereja Katolik memperingati hari Komunikasi Sosial sedunia yang ke-52. Untuk membagikan pesannya, Paus Fransiskus mengeluarkan Surat Apostolik bertajuk: Kebenaran akan Memerdekakan Kamu: Berita Palsu dan Jurnalisme Perdamaian. 

Walaupun ditujukan untuk umat Katolik, pesan yang disampaikan sangat universal. Oleh Karena itu perkenankan saya mengutip beberapa bagian dari pesan tersebut yang saya anggap penting untuk kita refleksikan bersama.

Bahaya Berita Palsu

Pada bagian awal surat apostoliknya, Paus Fransiskus mendefinisikan filosofi komunikasi yang telah turut membangun peradaban manusia menggunakan kisah penciptaan manusia pertama pada kitab suci. 

Komunikasi pada dasarnya memiliki tujuan yang mulia yaitu sebagai sarana untuk mencari dan membagikan kebenaran serta kebaikan bagi manusia sebagai pribadi maupun sebagai komunitas.

Namun komunikasi juga memiliki sifat bawaan yaitu kemampuannya memelintir kebenaran jika disalahgunakan. Paus Fransiskus menggunakan ilustrasi manusia pertama Adam dan Hawa yang jatuh ke dalam dosa akibat ulah si ularlicik yang pandai memelintir kebenaran. 

Sifat negatif komunikasi ini dibahas secara mendalam pada bagian surat berikutnya yaitu keprihatinan tentang peredaran berita palsu seiring perkembangan teknologi dan digitalisasi dunia komunikasi.

Paus Fransiskus mengecam berita palsu yang digulirkan untuk memuluskan kepentingan-kepentingan tertentu (politik, ekonomi, ideologi dan lain-lain) tanpa peduli dampak yang ditimbulkannya pada masyarakat seperti kebencian dan konflik. Oleh karena itu Paus Fransiskus mengajak setiap orang untuk mengenali dan menangkal peredaran berita palsu.

Selain melalui edukasi, peredaran berita palsu juga dapat ditekan jika setiap orang mawas diri dalam menyikapi dan bereaksi terhadap informasi yang diterimanya. Kadang kita membagikan informasi palsu hanya karena tidak dapat menahan godaan atau pemuasan terhadap kepentingan diri sendiri. Ini sama saja dengan menipu diri sendiri.

Untuk menjelaskan bahaya menipu diri sendiri ini, Paus Fransiskus mengutip tulisan Dostoevsky, seorang Sastrawan Rusia: Orang yang terbiasa memercayai tipuannya sendiri lama kelamaan akan sampai pada suatu titik dimana mereka tidak dapat lagi mengenal kebenaran dalam diri sendiri atau di sekitar mereka. 

Dan dengan demikian mereka kehilangan rasa hormat terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. Dan ketika mereka tidak lagi memiliki rasa hormat kepada diri sendiri, mereka akan berhenti mencintai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline