Kulukis tubuhmu di kanvas waktu
warna-warna dan gradasi
gurat-gurat tipis tebal menyerasi
pinggang, mata, bibir, dagu.
Kamu menolak kupuja sempurna
jadi kutorehkan garis-garis samar di sana
untuk samarkan pesona.
Setelah purna
lukisan itu ku gulung rapi dan kujual setengah jiwa
pada pemilik kehidupan
berharap Dia menukarnya dengan tubuh yang sebenarnya.
Lalu aku
mengecup masa depan dengan mengecup bibirmu
merasakan surga dengan menggenggam tanganmu
memeluk tubuhmu sampai menua bersama.
Lalu aku beri lagi setengah jiwa kepada-Nya
kali ini cuma-cuma.
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H