Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Kamu dan Hujan

Diperbarui: 12 Desember 2016   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar dari www.kcet.org/socal-focus/rain-comes-to-the-desert

Sudah bertahun-tahun kamu tak lagi percaya pada hujan. Kamu membiarkan tetes demi tetes jatuh begitu saja tanpa tegur sapamu. Kamu membisu dan membiarkannya membisu, sampai dia enggan menghampirimu lagi.

Kamu pernah membiarkan hujan menyamarkan air mata yang mengalir di pipimu. Tapi saat ini kamu tidak memberikannya alasan sedikit pun untuk menyamarkan apa saja yang hendak kamu tangisi.

Hari-harimu pun seperti padang gurun tandus yang hanya dihuni oleh kalajengking dan serangga pasir. Pada siang hari panas menyengat, pada malam hari dingin menggigit. Aku tahu kamu sekarat, tapi kamu tidak mau membiarkan dunia mengetahuinya.

Diam-diam aku pun bermuslihat bersama hujan.

“Dia telah dikhianati,” kataku padanya. “…dan dia tidak ingin siapapun menghiburnya, termasuk kamu. Dia mencoba menjadi kuat, tapi sebenarnya tanpa sadar dia sedang menghukum dirinya sendiri.”

Hujan mengangguk.

Lalu sampailah kita pada senja ini.

Hujan kembali hadir. Dia muncul dari balik pasir padang gurunmu, lalu melayang berderai-derai ke langit. Mula-mula kamu kebingungan. Tapi melihat kawan lamamu datang dengan cara tidak biasanya, kamu pun tersenyum lalu… tertawa.

Tertawa terbahak-bahak.

Kini hujan datang tanpa membuatmu menjadi lemah.

Kamu dan hujan pun bercakap-cakap mesra dan jantungku seperti berhenti berdegup saat hujan membuatmu menolehkan pandangan ke arahku.

Ya, aku akan selalu mencintaimu… walau kamu tak menyadarinya.

---




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline