Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Rasa Percaya Diri Kembangkan Motivasi Anak

Diperbarui: 16 Desember 2015   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Motivasi dapat kita kategorikan menjadi dua jenis, berdasarkan sumber atau asal munculnya motivasi.  Yang pertama adalah motivasi internal dan kedua motivasi eksternal. Motivasi internal datangnya dari dalam diri sendiri seperti misalnya idealisme, komitmen, ideologi dan rasa cinta. Oleh karena asalnya dari dalam diri sendiri, motivasi ini biasa langgeng alias mampu bertahan lama.

Sebaliknya motivasi eksternal datang karena faktor stimulus dari luar diri kita. Misalnya: untuk membangun motivasi kerja digunakan strategi promosi atau kenaikan jabatan, anak dijanjikan jalan-jalan ke luar negeri apabila jadi juara kelas, dan lain-lain. Seringkali motivasi eksternal membawa dampak lebih cepat, namun motivasi ini biasa tidak bertahan lama, apalagi jika stimulusnya menghilang.

Salah satu cara membangun motivasi internal adalah membangun rasa percaya diri.

Percaya diri bisa diartikan sebagai penerimaan terhadap diri sendiri dalam arti yang positif. Kita merasa diri berharga sehingga bisa menerima dan mengendalikan diri kita sepenuhnya.

Orang-orang yang memiliki rasa percaya diri bagus terlihat dari sikapnya yang mandiri, disiplin dan mampu mengontrol diri sendiri. Mereka juga bersedia menerima serta menunaikan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

Kebiasaan-kebiasaan yang dapat membangun rasa percaya diri tidak terjadi begitu saja melainkan harus ditanamkan sejak kecil. Dengan mendidik anak membangun rasa percaya dirinya, secara tidak langsung kita juga mendidik anak mengembangkan motivasi internalnya.

Beberapa kiat yang dapat digunakan untuk membangun rasa percaya diri pada anak sebagai berikut:

Berikan Anak Tanggung Jawab

Berilah anak-anak pekerjaan yang harus diselesaikannya. Tentu sesuaikan dengan usia serta kapasitas anak. Misalnya: mengambilkan sesuatu, membantu menyiram bunga dan membeli sesuatu di warung sebelah. Anak yang lebih dewasa tentu dapat diberi tanggungjawab yang lebih besar, seperti pekerjaan rumah tangga ringan dan lain-lain. Berilah pemahaman bahwa anak dapat ikut memberi kontribusi  sehingga mereka berusaha menunaikan tugasnya dengan baik.

Biarkan anak menyelesaikan masalahnya

Jangan terburu-buru mengambil alih saat anak-anak menemui masalah. Pada keadaan-keadaan tertentu, biasakan anak menganalisa masalahnya dan mengambil inisiatif awal untuk menyelesaikan masalahnya  sendiri. Berikan anak pendampingan dengan memberikan alternatif solusi-solusi yang bisa diambil untuk memecahkan masalah. Sebagai orang tua kita baru bertindak, jika peran orang tua benar-benar dibutuhkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline