Ajakan buka puasa bersama adalah berita gembira untuk anak kost seperti Bre, Jo dan Supratman. Apalagi yang mengajak adalah Rara, cewek paling manis seantero kampus sekaligus tetangga mereka.
Indekost tiga cowok ini masih terhitung satu RT dengan Rara. Mereka bertiga pun sebenarnya cukup akrab, karena satu jurusan di fakultas MIPA plus sering kerja tugas perkuliahan bareng-bareng. Walaupun kalau diperhatikan, Jo yang paling sering menguras pikiran, sementara yang lain cuman cheerleader saja. Makanya dia sedikit kesal saat Bre dan Supratman jadi besar kepala gara-gara ajakan tersebut. Supratman yang kuat tidak makan dua hari dua malam itu mungkin tidak akan jadi masalah. Tapi Bre yang paling subur dari antara mereka bertiga pasti bakal jadi kompetitor kuat perihal ngabisin makanan.
“Laah, bagus dong kalau aku ikut. Rara kan udah tahu porsi makan aku. Berarti porsi hidangan buka puasanya sudah pasti tidak akan mengecewakan,” kilah Bre membela diri.
Benar juga sih!
Dan….. sore ini mereka bertiga pun terdampar di ruang tamu Rara. Diluar matahari mulai mengintip malu-malu pertanda waktu berbuka tidak lama lagi tiba. Mereka bertiga ditemani Rara ngobrol ngalor ngidul tentang kehidupan. Mulai dari situasi perekonomian tanah air, sampai dosen-dosen killer yang bisa saingan sama herder.
Tanpa terasa waktu berlalu. Suara adzan mahgrib terdengar lantang dari mesjid kompleks. Empat sekawan itu pun memanjatkan syukur karena sukses menjalankan ibadah puasa hari ini.
Sebagai tuan rumah yang baik, Rara ditemani pembantu rumah segera menyajikan penganan-penganan buka puasa ke ruang tamu. Mata Bre terlihat paling bersinar memandangi aneka kue yang beriringan dari dapur ke meja tamu. Serabi, martabak manis, ubi goreng, pisang goreng plus teh manis hangat tersaji apik menantang untuk segera dieksekusi.
“Duh, jadi bingung nih mau mulai dari mana, “ ucap Bre bahagia.
Rara tersenyum geli. “Udah, hajar bro! Terserah mau mulai dari mana….,” sahutnya.
“Ngomong-ngomong, mama sama papa kamu balik dari Bangkok kapan, Ra?” tanya Supratman sembari melahap ubi goreng dengan nikmat.
Rara mencicipi martabak manis sambil menyahut, “Rencana mereka sih H minus dua sudah balik,”