Setiap petang tiba peradaban menoreh keangkuhannya di atas aspal jalanan,
melukis udara dengan karbonmonoksida dari mesin-mesin yang berjejalan.
Lajur one way jadi ajang kompetisi pemain dan penonton yang berlomba paling depan.
.
Mari nikmati dunia padat merayap
saling sikut, berkelit, menyalip.
Pasrah saja dengan polusi suara gara-gara gaduh klakson bernada E minor
atau puaskan mata dengan pemandangan tante menor di atas bentor.
Hentakan mesin-mesin mobil mewah dan mobil bekas ketok magic berkelahi dengan raungan mesin sepeda motor
mengisi setiap celah dengan sumpah serapah.
.
Bukankah rimba raya jalanan adalah akumulasi psikologi manusia yang mengagungkan peradabannya?
Egois
apatis,
sedikit pragmatis.
Traffic light akan menguji kejiwaan kita,
menganggap kemacetan sebagai salah satu pengalaman kurang manis
atau ikut mengerdilkan diri dengan turut menyalahkan dunia.
.
Sudah,
nikmati saja fenomena sore ini
seperti menyesap kopi hangat di pagi hari,
pahit memang, tapi rasanya selau dikangeni.
________________________________
gambar dari: facebook Pical Efron (dokpri)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H