Aku wanita
berlinang airmata.
Pada malam bisu aku bertanya
pada derita kelam ku mencari suaka.
Akan ku ulas lagi gincu merah
lalu ku bersihkan dengan air mata
.
Tamu datang kembali
nyinyir membawakan upeti
lalu tamu berganti
membawa kepingan hati pergi
sakit bergumul dengan emosi
tapi aku mesti bergincu lagi
.
Aku sudah terbiasa diejek purnama
pun tak marah pada cibiran dan air ludah
Aku wanita ternista
aku wanita yg bahagia.
Biar cermin kusam jadi pelipur lara
biar seprei tua jadi kawan bertukar kisah
.
Ujung usia bagai kabut
bisa muncul dan pergi kapanpun dia mau
sementara malam bisu belum menjawabku
bibir terkatup malu
lidah masih kelu
bait-bait doa pun ragu berlalu
.
Aku wanita
Berlinang air mata
tenggelam dalam peluh dan dosa
Inilah realita
Sehingga seringkali berharap kehidupan hanya berdusta
Tentang malam dan aku yang ternista.
*******************
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H