Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Saving Before Shopping (Menabung Sebelum Belanja)

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi/Admin (Shutterstock)

[caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Tidak bisa dipungkiri lagi, godaan untuk shopping (belanja) sangat besar pengaruhnya untuk kita yang setiap hari dikepung dengan produk-produk dan penawaran-penawaran yang menggiurkan dari berbagai departement store. Iklan-iklan dari para pemasar pun tidak henti menjejali panca indra. Akibatnya kita semakin jauh terseret pada gaya hidup materalistis dan konsumtif. Tanyakan pada diri sendiri seberapa sering mengucapkan kalimat-kalimat sejenis ini: “Wah, lagi musim diskon nih, banyak grosir cuci gudang”, “Eh, di Tralala dept store ada diskon sampai 50%”, atau “Ada gadget baru nih. Canggih punya. Lihat ah,”

Semakin sering kita mengucapkannya, semakin tinggi pula godaan belanja yang menghampiri kita. Semakin banyak godaan belanja yang melintas di benak kita, semakin tinggi pula kemungkinan kita merealisasikan belanja tersebut. Lalu masalahnya dimana? Apa ada yang salah dengan berbelanja? Tentu saja tidak selama kita bisa mengelola keuangan kita dengan baik. Tidak ada masalah selama income kita berjalan seiring sejalan dengan pemenuhan kebutuhan kita. Namun coba buka mata dan telinga. Ada begitu banyak orang-orang di sekitar kita yang mengeluh karena pendapatannya tidak pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Begitu banyak orang yang kewalahan dengan tagihan akhir bulan yang mencekik leher. Ini adalah fenomena yang sudah sangat umum terjadi di masyarakat kita, dalam berbagai tingkatan sosial ekonomi. Bila hal ini terjadi pada anda, mungkin sudah saatnya anda memberi perhatian lebih pada pos-pos pengeluaran, khususnya belanja anda. Anda harus mewaspadai pos yang satu ini dalam manajemen keuangan anda. Ada tiga langkah yang simpel namun cukup efektif untuk mengefisienkan pengelolaan keuangan anda: Buatlah RKK Buatlah RKK (Rancangan Keuangan Keluarga) atau RKP (Rancangan Keuangan Pribadi) apabila anda seorang “single player”. Buatlah sebuah rancangan keuangan untuk periode tertentu (lazimnya bulanan) kemudian dengan format rancangan sesuai selera anda, masukkan semua sumber pendapatan anda lalu masukkan juga pos-pos pengeluaran anda yang mencakup pengeluaran untuk kebutuhan rutin, rekreasi, kesehatan, sosial, belanja dan investasi (anda bisa memodifikasi daftar ini sesuai kebutuhan anda). Kemudian rincilah pengeluaran-pengeluaran apa saja yang akan terjadi dalam bulan berjalan, termasuk tafsiran rupiahnya. Urutlah mulai dari pengeluaran yang paling mendesak/penting sampai pengeluaran yang kurang mendesak/penting. Kemudian pastikan pengeluaran anda terakomodasi seluruhnya dari jumlah pendapatan anda. Bila rancangan keuangan anda minus, beri prioritas bagi kebutuhan yang paling penting/mendesak. Disiplinkan diri anda dengan rancangan keuangan yang anda buat, sehingga semua pengeluaran anda berada pada jalur yang semestinya. Membiasakan diri dengan rancangan keuangan akan membuat anda semakin teliti dan rasional dengan pengeluaran uang anda. Kebutuhan Vs Keinginan

Kita kadang sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah hal-hal yang memang harus kita miliki karena tanpa hal-hal tersebut hidup kita akan berjalan pincang. Sedangkan keinginan tercipta lebih karena faktor eksternal, dan tidak memberikan banyak pengaruh jika kita tidak bisa memenuhi keinginan tersebut.

Contoh: Jony seorang mekanik. Baru-baru ini handphone-nya rusak karena faktor ketidaksengajaan. HP itu cukup berarti karena biasa digunakan Jony untuk berkomunikasi dengan rekan kerjanya dan customer. Dia lalu mulai mengalokasikan pendapatannya untuk membeli HP baru bulan yang akan datang. Saatnya pun tiba. Saat Jony masuk ke sebuah Toko yang menjual HP, dia tergiur dengan sebuah HP  terbaru yang cukup canggih, garansi jelas, harga promo. Memang walaupun dengan harga diskon, harga HP itu masih tergolong mahal untuk ukuran Jony. Dengan uang yang dibawanya saat itu harga HP baru itu memang belum terjangkau, namun bukannya Jony tidak mampu membelinya. Dengan mengocek sebagian tabungannya, dia dapat memiliki HP tersebut. Nah, pada contoh kasus di atas, bagi Jony HP adalah sebuah kebutuhan sedangkan HP terbaru tersebut adalah keinginan. Membedakan antara kebutuhan dan keinginan ini sangat penting untuk memastikan prioritas pengeluaran anda berada pada urutan yang tepat. Sedapat mungkin, letakkan daftar keinginan anda pada urutan paling bawah pada rancangan keuangan anda. (Last but not least): Menabung.

Teori menabung yang sudah umum dikenal (baca: usang) merumuskan tabungan itu: S = I – C (S=Saving atau tabungan, I=Income atau pendapatan, C=Consumption atau konsumsi) Menabung dengan model ini kurang efektif karena menabung bukan jadi prioritas utama. Kita baru mulai menabung saat kita sudah menyisihkan uang untuk kebutuhan yang lain-lain. Padahal fakta menunjukan bahwa harga kebutuhan manusia semakin lama semakin meningkat. Dengan rumus ini kita hampir tidak mampu menyisihkan uang untuk tabungan. Bagaimana kalau kita sedikit menukar posisi variabel pada rumus tersebut menjadi: I – S = C Nah, bila anda menerapkan rumus ini, menabung telah menjadi prioritas anda. Persentase tabungannya terserah anda. Idealnya persentase saving sebesar 10% dari income anda. Implikasi dari rumus ini, jatah untuk konsumsi/pemakaian anda menjadi semakin terbatas sehingga dengan sendirinya anda akan semakin efisien dengan konsumsi dan belanja anda. Ada baiknya juga anda memilih untuk menabung pada instrumen-instrumen tabungan tertentu atau investasi jangka panjang seperti deposito, insurance, reksadana dan lain-lain, agar anda tidak terlalu bebas mengutak-atik tabungan anda. Lakukanlah tiga langkah di atas dengan benar. Memang awalnya akan terasa berat apalagi bila anda sudah terbiasa dengan gaya hidup konsumtif. Namun apabila anda mulai mendisiplinkan diri anda dan terbiasa, lihatlah hasilnya dua atau tiga bulan berikutnya. Anda akan kagum dengan kemampuan mengelola keuangan anda. Anda pun bisa ber-“shopping”-ria dengan lega tanpa perlu mengkhawatirkan tagihan akhir bulan anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline