Malam itu, Sari mengungkapkan sebuah permintaan yang membuat emaknya kaget setengah mati. Dia ingin ikutan jadi TKI di luar negeri. Emaknya, janda yang berprofesi sebagai tukang jamu sekaligus buruh mencuci itu sampai bertanya beberapa kali untuk memastikan pendengarannya masih berfungsi normal. Soalnya dia sayang sekali sama anak perawan semata wayangnya itu, walaupun Sari itu tomboi, badung, suka bikin emaknya sedih, tapi sebagai seorang ibu, kasih sayangnya jauh melampui itu semua.
Mari kita simak percakapan mereka
Emak : Kamu itu kalau di luar negeri mau kerja apa toh nak?
Sari : Yah, kerja apa saja yang penting halal, mak. Nanti duitnya kan bisa dikirim ke emak, biar emak gak usah lagi kerja setengah mati.
Emak : Kamu itu cuman tamat SMA, gak ngerti bahasa inggris, paling-paling jadi pembantu.
Sari : Yaah, emak, pembantu juga kerjaan halal kan??
Emak : Halal sih halal, tapi jangankan jadi pembantu di rumah orang, kerjaan dalam rumah sendiri aja gak beres-beres. Lihat tuh, rumah berantakan, nasi sampai malam gini blom dimasak-masak juga
Sari : Iya, iya emak. Yang begituan gampang kok. Yang penting Sari yakin di luar negeri sono Sari bakal baik-baik saja, emak.
Emak : (tercenung sesaat) Emang kenapa, nak?
Sari : Sari kan pelatih pencak silat, emak. Gak bakalan berani tuh majikan Sari macem-macemm......
Emak : (Geleng-geleng kepala, sambil ngingat lagi dulu waktu hamil dia ngidam apa??? Jadi TKI kok modal pencak silat sih, Sariii, sarii!!!)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H