Jadwal bangun pagi hari Minggu biasa bergeser lebih lambat. Mumpung hari libur, jadi bangunnya boleh lebih lambat dari biasa.
Tapi pagi ini rutinitas tersebut sedikit beda. Istri saya dan rekan-rekan sekantornya membuka open booth di Pantai Losari dan mereka diwajibkan untuk hadir pukul 06.00 teng waktu Losari. Sebagai suami yang baik saya pun menemani kedatangannya.
Jam enam kurang lima menit kami sampai di booth kantor istri saya. Rekan-rekan sekantornya sudah berdatangan. Mereka nampak kompak dengan seragam merah menyala. Sambil menemani istri saya pun mengamat-amati keramaian Losari. Tempat ini cukup familiar. Dulu zaman kuliahan, hampir tiap hari saya jogging dari indekost sampai ke tempat ini. Kebetulan dulu indekostnya di daerah Tanjung jadi kalau jogging ke Losari cuma butuh waktu sekitar 30-40 menit. Tapi dulu struktur pantai belum seluas saat ini. Saat itu anjungan Bugis, anjungan Toraja, anjungan Toraja, anjungan Mandar termasuk Mesjid terapung belum direalisasikan pembangunannya karena masih dalam perencanaan.
Mengamati keramaian ini, saya jadi ingat cita-cita mantan Walikota Makassar, Pak Ilham Arif untuk menjadikan Pantai Losari sebagai salah satu pusat interaksi komunitas masyarakat. Sepertinya cita-cita itu mulai terwujud.
Anjungan Losari sering dikunjungi oleh masyarakat untuk berbagai tujuan. Pada umumnya mereka ingin berolahraga, jalan-jalan bersama keluarga, kekasih, atau (mungkin) selingkuhan, refreshing, atau cari jodoh. Animo masyarakat ini dimanfaatkan dengan baik oleh para pengais rezeki. Lautan pengunjung jadi pasar potensial.
Maka terbentuklah komunitas-komunitas penjual yang memanfaatkan Losari untuk menawarkan jualannya. Ada pedagang pakaian dan pernak-perniknya. Pedagang kosmetik, pedagang aksesoris gadget dan lain-lain. Harga yang ditawarkan pun tidak berbeda dengan harga pasaran.
Gerobak penjual makanan dan minuman pun bertebaran di sepanjang Jalan Penghibur yang terletak di pesisir Losari. Mulai dari penjaja makanan ringan seperti bakso tusuk, siomay, jalangkote, pisang epe dan lain-lain. Sampai makanan berat. Nasi goreng, bubur ayam, nasi kuning, nasi campur, mie kuah, gado-gado dan banyak lagi. Kebetulan dari rumah pagi ini belum sempat sarapan karena buru-buru. Begitu sampai di Pantai Losari, kami menyambangi salah satu gerobak penjual makanan. Dua porsi nasi goreng merah dengan harga sangat terjangkau pun jadi pengisi lambung di awal pagi itu.
Selain penjual makanan yang menggunakan gerobak. Banyak juga yang penjualnya mobile, seperti beberapa penjual bubur kacang ijo yang berkeliling di antara pengunjung dan menawarkan beberapa porsi bubur kacang ijo yang sudah siap di dalam kemasan.
Ramainya pengunjung juga dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan penjualan untuk lebih dekat dengan calon customer-nya. Seperti kantor istri saya yang membuka open booth di salah satu spot. Mereka menawarkan jasa internet 4G. Saya melihat banyak juga sales atau SPG perusahaan yang membagi-bagi flyer atau menawarkan langsung contoh produknya kepada para pengunjung Losari.
Pengunjung pantai yang juga didominasi oleh keluarga-keluarga membuat banyak penjual mainan memanfaatkan kesempatan tersebut. Mereka juga menawarkan aneka mainan anak termasuk mainan yang bisa disewakan seperti otopad, dan mobil-mobilan. Penjual mainan ini berkumpul di dekat anjungan Pantai Losari, dekat tugu peringatan adipura. Di situ pelatarannya luas jadi anak-anak bisa bermain leluasa.
Pas tadi lagi keliling-keliling, saya melihat ada mobil donor darah nangkring. Kebetulan sudah lama tidak donor darah lagi. Saya mendatangi mobil tersebut untuk mendaftar. Di dalam mobil cuma ada dua ranjang tempat donor. Mbak yang sedang mengambil darah, mengarahkan saya ke tempat pendaftaran donatur darah tidak jauh dari situ. Tapi begitu sampai di tempat pendaftaran, saya sedikit terkejut karena pendaftarnya sudah berjibun. Akhirnya setelah pikir-pikir beberapa saat saya mengurungkan niat. Lain kali saja deh. Takutnya kelamaan.
Saat menyelesaikan tulisan ini, pengunjung masih terus berdatangan. Puncak keramaian biasa terjadi pada pukul 8.00 sampai 09.00 WITA. Setelah itu perlahan-lahan pengunjung mulai berkurang seiring matahari yang mulai panas menyengat.
Demikian sedikit reportase pagi dari Pantai Losari. Senang rasanya pagi-pagi sudah berinteraksi dengan banyak orang. (PG)
Penjual jajanan Jalangkote. Gambar: docpri
Salah satu gerobak makanan. Disini sarapan pagi nasi goreng kami dipesan. Gambar: Docpri
Beberapa sales/SPG (baju hijau muda) di antara ramainya pengunjung Losari. Gambar: docpri
Penyewaan mobil mainan yang bisa dikendarai anak-anak. Gambar: docpri
Mobil donor darah di tengah-tengah keramain Losari. Gambar: docpri
Salah satu lapak penjual pakaian. Gambar: docpri
Penjual obat tidak mau ketinggalan mendemokan jualannya. Gambar: docpri
Open booth milik kantor istri. Gambar: docpri
Tugu peringatan anugerah adipura. Gambar: dokpri
Pemandangan dari anjungan pantai Losari. Gambar: docpri
Salah satu view anjungan pantai Losari. Gambar: Docpri
[caption id="attachment_338275" align="aligncenter" width="576" caption="Deretan gerobak penjaja makanan. Belum banyak pengunjung karena waktu masih pukul 06.10 WITA "]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H