Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Brasil vs Kolombia, Harap-harap Cemas

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Pertarungan dini hari nanti (5/7) antara Brasil kontra Kolombia sepertinya akan jadi laga yang ketat. Hasil pertarungan bukan lagi semata bergantung pada strategi dan skill tapi juga ditentukan oleh faktor lain yaitu faktor psikologis.

Melihat sejarah pertemuan kedua tim, dari 25 kali bertanding, Brasil berhasil menang 15 kali, Kolombia menang dua kali, dan sisanya berakhir imbang. Menilik riwayat pertandingan keduanya, Brasil mestinya lebih punya kans lolos ke babak semi final.

Namun melihat performance kedua tim selama ajang piala dunia ini, sepertinya Kolombia-lah yang berada diatas angin. Kolombia adalah salah satu tim yang mampu meraih point penuh pada laga penyisihan. Dengan percaya diri mereka mengatasi perlawanan Pantai Gading, Yunani dan Jepang.

Pada babak 16 besar, mereka juga mampu mengungguli Uruguay tanpa kebobolan satu gol pun dengan skor akhir 2-0. Sebagai catatan, Uruguay pada laga sebelumnya mengalahkan Italia sebuah skuad hebat yang menjadi favorit banyak orang sekaligus juara dunia tahun 2006 silam.

Satu lagi pemanis tim asuhan Jose Pekerman ini yang membuat mereka lebih percaya diri. Penyerang andalan James Rodriguez, cukup bersinar pada piala dunia kali ini sebagai top scorer. Prestasinya membuat kita sejenak melupakan nama-nama besar seperti Lionel Messi, dan Christiano Ronaldo.

Saya penggemar tim Samba, tapi jujur saja, sedikit kecewa melihat performa tim asuhan Scolari tersebut sepanjang piala dunia ini. Pencapaian Brasil sejauh ini memang harus disyukuri. Tapi perjalanan mereka yang tertatih-tatih menapaki jalan sampai ke babak delapan besar ini jauh dari ekspektasi. Belakangan ini pola permainan Brasil juga lebih pragmatis. Jarang lagi kita lihat seni menggiring bola satu-dua yang memukau para penggemar seperti pada piala-piala dunia sebelumnya. Mungkin karena banyak pemain Brasil yang merumput di liga-liga Eropa tendensius dan cenderung bermain cepat. Sepertinya celah ini pulalah yang membuat mesin penyerangan Brasil macet saat melawan Chile. Kita lihat Neymar dkk terseok-seok menghadapi stressing pemain-pemain Kolombia, sehingga mereka cenderung kehilangan kendali dan cenderung mau cepat-cepat menuntaskan permainan. Untunglah saat itu dewi Fortuna yang menongkrongi adu pinalti masih berpihak pada tim Brasil.

Memang sebagai tuan rumah, mereka diuntungkan dengan laga di “kandang sendiri” sehingga gelombang dukungan supporter lebih maksimal. Kita ingat Jepang yang mampu menjadikan faktor tuan rumah sebagai daya ungkit pada piala dunia 2002 lalu. Tapi di satu sisi, faktor tuan rumah ini bisa justru menjadi bumerang karena menjadi beban psikologis. Sebagai tuan rumah Brasil punya tekanan mental tersendiri, bandingkan dengan Kolombia yang lebih “nothing to lose

Beban mental ini bisa kita intip saat pemain-pemain Brasil meneteskan air mata usai memenangkan detik-detik menentukan pada saat adu pinalti melawan Chile. Pelatih Luis Felipe Scolari pun merasa tim yang diasuhnya harus segera mendapatkan konseling dari tim psikolog.

Disamping Neymar yang tidak berada pada kondisi 100% fit, satu lagi celah yang harus diwaspadai pada pertahanan Brasil. Pemain tengah yang selama ini diandalkan pada saat pemain belakang membantu penyerangan, Luiz Gustavo tidak akan dimainkan kali ini akibat akumulasi kartu kuning.

Well, apapun yang terjadi bola tetap akan dimainkan. Memang dalam olahraga keterampilan dan teknik mutlak dibutuhkan untuk mengungguli lawan. Tapi seringkali pengelolaan beban psikologis juga ikut memberikan kontribusi besar pada kemenangan atau kekalahan sebuah tim.

Sekalipun harap-harap cemas, saya masih tetap meletakkan harapan besar bagi tim Samba, Brasil. Mudah-mudahan mereka bisa mencuri satu dua gol dalam perhelatan yang ketat nanti. Mudah-mudahan pula dengan pendampingan dari psikolog, target besar menjadi juara di rumah sendiri, menjadi pemicu semangat dan produktivitas. Bukan jadi momok yang mengganggu konsentrasi Neymar dan kawan-kawan. (PG)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline