Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Tabungan yang Harus Disiapkan Setelah Menikah

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkawinan adalah tahap yang penting dalam perjalanan hidup manusia. Oleh karena itu setiap budaya dan agama memberi tempat dan perlakuan istimewa pada prosesi penyatuan cinta dua anak manusia ini. Perkawinan pun membawa perubahan besar pada kehidupan dua orang yang membangun komitmen untuk menjalaninya. Mulai dari perubahan kebiasaan dan pola pikir juga perubahan keadaan finansial. Jadi selain harus mempersiapkan lahir batin, orang-orang yang akan memasuki jenjang pernikahan harus mempersiapkan diri bagaimana pengelolaan keuangan dalam keluarga nantinya.

Jika kedua pihak baik suami maupun istri sama-sama bekerja, maka akan ada dua sumber pendapatan yang digabung menjadi satu. Tapi jangan lupa penggunaan dana juga semakin besar dibanding masih menjalani hidup sebagai single. Apalagi bila rumah tangga telah dikarunia anak-anak, pengeluaran akan semakin besar dan seringkali tidak diiringi dengan peningkatan sumber pendapatan. Jadi pendapatan dan belanja harus dikelola dengan baik.

Sayangnya, seringkali konsekuensi keuangan pasca pernikahan kurang diberi perhatian. Seluruh energi dan sumber daya yang dimiliki lebih difokuskan pada persiapan pernikahannya. Padahal tahap berikutnya setelah pernikahan jauh lebih penting.

Oleh karena itu strategi-strategi keuangan setelah menikah harus dipersiapkan dengan baik agar sejumlah tujuan keuangan sebagai sebuah keluarga baru dapat dipenuhi dengan maksimal. Salah satu strategi keuangan adalah membentuk pos-pos tabungan. Berikut beberapa contoh pos tabungan yang mesti disediakan setelah menikah:


  1. Tabungan Persiapan Kelahiran Anak Pertama. Setelah ibu memasuki masa kehamilan, sudah harus mulai dipikirkan biaya-biaya yang akan terjadi pada saat ibu melahirkan. Mulai dari biaya persalinan, pakaian dan perlengkapan bayi, dan tetek bengek lainnya. Paling tidak calon ayah dan ibu punya waktu Sembilan bulan untuk mempersiapkan kebutuhan persalinan. Sehingga pada saat hari-H segala keperluan keuangan telah tersedia.
  2. Tabungan Pendidikan. Biaya pendidikan adalah biaya yang tingkat inflasinya tergolong tinggi. Oleh karena itu mestinya sejak awal orang tua telah mempersiapkan dana untuk pendidikan anak-anaknya. Masih ada waktu yang relatif panjang untuk menyisihkan pendapatan ke dalam pos tabungan tersebut. Apalagi akhir-akhir ini sudah banyak produk tabungan pendidikan yang ditawarkan lembaga-lembaga keuangan. Hal yang penting dilakukan adalah cermati karakteristik setiap produk dengan baik untuk meminimalkan resiko investasi yang mungkin terjadi.
  3. Tabungan untuk Rekreasi Keluarga. Kualitas kebersamaan dalam keluarga memang tidak bisa sepenuhnya diukur dari besarnya dana yang dikeluarkan untuk membiayai acara-acara keluarga seperti ini. Tapi jika kita memiliki kemampuan finansial yang mencukupi, tidak ada salahnya menganggarkan dana yang memadai untuk keperluan yang satu ini. Pada masa-masa tertentu, misalkan liburan sekolah, anak-anak senang diajak berkunjung ke tempat rekreasi yang belum pernah didatanginya. Hitung-hitung refreshing sekaligus menyegarkan kembali kebersamaan dan harmoni dalam keluarga. Apalagi bila ayah dan ibu selama ini hanya sibuk meniti karir dan jarang punya waktu bersama seluruh anggota keluarga.
  4. Dana darurat. Dalam hidup, kadang kita menghadapi situasi krisis yang tidak diperkirakan sebelumnya. Situasi ini selain membawa pengaruh yang besar pada kehidupan kita, juga bisa mempengaruhi keadaan keuangan kita. Misalnya terkena PHK, ada anggota keluarga yang mengalami musibah dan butuh biaya besar, atau usaha macet. Memang situasi seperti itu tidak kita inginkan, tapi jika terjadi dan tidak kita persiapkan sebelumnya, dapat menggoncang keadaan keuangan kita. Tabungan-tabungan yang sebenarnya kita persiapkan untuk tujuan lain terpaksa dikuras untuk menyelamatkan keuangan kita. Oleh karena itu, dalam manajemen keuangan modern sangat disarankan bagi keluarga-keluarga untuk membentuk dana darurat secara mandiri. Dana darurat ini disisihkan secara rutin dari pendapatan. Cara pengalokasian dan besarnya dana ideal yang harus kita siapkan bisa dibaca pada tulisan saya sebelumnya mengenai cara membentuk dana darurat.
  5. Tabungan yang bersifat proteksi. Penting pula dipikirkan untuk menyediakan instrumen investasi yang bersifat melindungi sumber penghasilan keluarga agar suatu saat jika pencari nafkah dalam keluarga misalnya ayah meninggal, maka instrumen investasi ini akan memberikan pertanggungan kepada ahli waris yang ditinggalkan. Pada umumnya asuransi menyediakan produk investasi seperti ini. Silahkan mencari produk asuransi yang karakteristiknya sesuai dengan kebutuhan keluarga.

Selain pos tabungan di atas mungkin ada lagi pos tabungan yang lain yang mesti disiapkan sesuai dengan kebutuhan keluarga-keluarga. Hal penting yang harus dilakukan untuk meningkatkan tabungan adalah mengurangi biaya yang tidak perlu, berupaya untuk mencari sumber penghasilan tambahan dan yang paling penting adalah action.

Happy Sunday. (PG)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline