Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Tertulis di Hati, Tapi Tidak di Buku Nikah

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14089455361728596736

Beberapa hari yang lalu saat berselancar di med-sos facebook, saya ketemu gambar berisi kutipan menarik yang dijadikan status terbaru salah satu kawan saya. Gambarnya di bawah ini:

[caption id="attachment_355083" align="aligncenter" width="595" caption="Gambar dari Capture medsos Facebook. "][/caption]

Kawan saya ini cewek, karirnya bagus sebagai salah satu Kepala Cabang Credit Union kami di daerah, dan masih single. Entah apa yang terjadi. Apa dia serius dengan status itu, atau gambarnya dipajang cuman buat seru-seruan saja. Statusnya membuat saya teringat kembali salah satu materi kursus pra-nikah setahun lalu. Kemudian saya ikut membubuhkan komentar dibawah komentar-komentar lain dan menulis: “masih mending, daripada tertulis di buku nikah tapi tidak pernah sedikitpun tertulis di hati

Bagaimanapun sakitnya, masih lebih baik kita jatuh cinta kepada seseorang namun karena keberuntungan belum berpihak sepenuhnya sehingga kita tidak bisa bersanding dengannya di pelaminan. Dibanding menikah dengan seseorang yang tidak pernah kita cintai. Jika kita belum terikat dengan ikatan suci perkawinan, masih ada peluang untuk membuka diri terhadap cinta yang lain. Siapa tahu Tuhan sedang menyiapkan orang lain yang jadi jodoh kita sesungguhnya di luar sana, menunggu waktu yang tepat untuk menyingkap tabirnya.

Dibanding kita terlanjur terikat dengan komitmen sehidup semati bersama pasangan yang kita nikahi, namun nyatanya kita tidak bisa memberikan hati kita seutuhnya kepada pasangan kita. Rumah tangga adalah surga yang bisa kita ciptakan di dunia, apabila di dalamnya ada cinta, kasih dan sayang. Sebaliknya bisa jadi neraka, jika rumah tangga tersebut tidak dilandasi oleh cinta. Mungkin dari luar orang akan melihat rumah tangga tersebut baik-baik saja, tapi tidak seperti itu nyatanya yang dirasakan oleh salah satu pihak, suami atau istri, atau malah kedua-duanya.

Oleh karena itu, jika ada dear kompasianer yang sedang mengalami persis seperti yang ditulis pada status kawan saya itu, cobalah untuk tetap tegar. Kecewa dan sedih karena tidak berjodoh dengan orang yang kita cintai itu sah-sah saja, tapi kalau itu terjadi jangan terlalu lama galau. Moving on secepatnya. Jangan sampai kesedihan yang berlarut-larut membuat kamu tidak bisa berpikir secara jernih sehingga salah mengambil keputusan yang berhubungan dengan masa depan kamu.

Ini ada beberapa kiat sederhana yang bisa membantu kamu keluar dari kesedihan:


  1. Berusaha untuk melupakan si dia. Memang awalnya pasti susah. Apalagi jika selama ini kamu begitu akrab dengan di dia. Cara yang paling mudah adalah jangan sering lagi berkunjung ke tempat yang biasa kalian kunjungi, seperti restoran favorit, tempat hang out favorit dan sejenisnya. Jangan putar lagu favorit kalian. Kalau perlu (ini kalau perlu yaa) un-friend, delcon, dan berhenti mengikuti status-statusnya di sos-med. Tidak perlu penasaran seperti apa hidupnya sekarang. Kini kalian berdua adalah dua pribadi yang bebas sebebas-bebasnya. Kemudian simpan dengan rapi semua hadiah atau pemberian yang membuat kamu langsung teringat si dia. Tidak perlu dibuang. Suatu saat jika kamu sudah berhasil survive, cinderamata itu akan jadi kenang-kenangan sekaligus bukti begitu tegarnya kamu menjalani hidup ini.
  2. Cheer Up. Setelah sekian lama larut dalam gundah gulana, kini saatnya kamu memandang kembali dunia dengan wajah baru. Lihat begitu banyak hal-hal seru yang bisa kamu lakukan tanpa dirinya. Dengarkan musik yang dinamis dan membangkitkan semangat. Kunjungi tempat-tempat yang selama ini ingin kamu datangi atau aktivitas yang selama ini ingin kamu geluti tapi tidak diperbolehkan sama mantan kamu. Hang out bareng kawan-kawan dekat kamu. Buka diri dan tambah teman sebanyak-banyaknya agar kamu bisa melihat hal-hal baru di luar dunia kamu selama ini.
  3. Lebih produktif. Salurkan energi yang kamu miliki saat ini kepada hal-hal yang membuatmu lebih produktif. Mungkin selama ada si dia, perhatian kamu terbelah antara karir dan percintaan. Nah, sekarang saatnya memberi perhatian lebih pada karir yang kamu jalani. Perlihatkan kepada atasan di tempat kerja kinerja terbaik kamu. Fokus kepada satu hal membantu kita mengabaikan hal lain. Dalam hal ini kembali berkonsentrasi pada karir, membuat kamu mudah melupakan kesedihan akibat kasih tak sampai yang baru saja kamu alami.
  4. Berdandan lagi. Finally, setelah beberapa saat membiasakan diri dengan kehidupan “normal” mungkin sudah waktunya kamu kembali merasakan deg-degan dan indahnya jatuh cinta. Dandan yang cakep atau cantik. Tebar pesonamu secara positif. Jangan ragu bertemu dengan orang-orang baru. Siapa tahu diantaranya ada jodoh sebenarnya yang sedang disiapkan Tuhan untuk kamu. Atau bisa jadi juga, sebenarnya ada di antara orang-orang yang dekat denganmu selama ini, hanya saja radar kamu tidak bisa mendeteksinya karena sibuk dengan mantan kekasih kamu. Nah, cobalah lebih peka, dan tunggu keajaiban cinta berikutnya di depan matamu.

Kesimpulannya, jatuh cinta, putus dan ditinggal kekasih itu sudah biasa. Hal yang biasa itu akan menjadi luar biasa jika kita bisa memetik pelajaran kehidupan daripadanya. Dan itu hanya bisa terjadi jika setelah kita mengungkapkan ekspresi kesedihan, kita harus segera move on dan mengejar kebahagiaan lain yang telah tersedia di depan kita. (PG)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline