Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Mengenali POP yang Bisa Mengubah Keputusan Belanja Kita

Diperbarui: 4 April 2017   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14112811751781911273

[caption id="attachment_360573" align="alignnone" width="614" caption="Contoh hanging mobile di sebuah pusat perbelanjaan. Gambar diskon dan produk cukup ampuh menarik minta pembeli. Gambar: Docpri"][/caption]

Salah satu strategi mengelola arus kas dengan baik adalah memastikan semua belanja berjalan sesuai kebutuhan dan perencanaan. Orang-orang yang sudah terbiasa dengan perencanaan belanja mungkin tidak akan menemui banyak kesulitan dalam hal ini. Tapi tidak sedikit pula orang yang kesulitan mengontrol belanja yang dilakukannya.

Pada beberapa kali sesi pelatihan Financial Literacy yang kami lakukan, peserta dengan gaya curhat biasa berkata kepada fasilitator, bahwa sebelum masuk ke pasar atau toko memang perencanaan belanja sudah dilakukan. Tapi realisasi yang terjadi seringkali tidak sesuai perencanaan. Pada daftar belanja ada 10 item belanja, tapi begitu keluar dari toko yang dibawa pulang jadi 13 item. Perencanaan pun buyar di tempat belanja.

Mungkin salah satu penyebab masalah seperti itu adalah kecanggihan salah satu perangkat marketing bertajuk POP (Point of Purchase) atau jika diterjemahkan langsung berarti titik-titik penjualan. POP adalah salah satu jurus yang digunakan saat penjualan langsung berbentuk iklan dengan memanfaatkan display produk dan space dalam department store atau toko yang dapat menarik perhatian dan menggugah semangat pengunjung untuk melakukan pembelian produk. POP memanfaatkan setiap sudut dari toko semaksimal mungkin untuk mengalihkan perhatian pembeli. Oleh karena itu POP merupakan bagian penting dari space management sebuah departmens store.

Penelitian yang dilakukan oleh POPAI (Point of Purchase Advertising Institute) pada tahun 2012, membuktikan bahwa 76% pembelian yang dilakukan di dalam toko adalah pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya (unplanned buying). Keputusan pembelian itu terjadi saat pembeli berada di dalam toko. Persentase unplanned buying ini meningkat dari penelitian yang dilakukan pada tahun 1995 yang hanya sebesar 70%.  Sehingga dengan penerapan POP yang tepat dari pemilik toko atau produsen, kemungkinan terjadinya pembelian semakin tinggi pula.

Nah, tidak ada salahnya kita mengenal beberapa contoh POP yang biasa dihadirkan di toko atau supermarket langganan kita. Sebenarnya kita sudah sangat familiar dengan kehadiran mereka, hanya saja kita mungkin belum tersadar benar bahwa iklan-iklan tersebut cukup mempengaruhi psikologi calon pembeli.

Hanging mobile. Display berbentuk plastik atau karton yang dipasang pada plafon toko. Biasanya bisa berputar bila tertiup angin. Tempatnya yang mudah terjangkau pandangan mata disertai tampilan yang eye catching membuatnya mudah memancing perhatian pembeli.
Shelf talker. Shelf talker adalah papan iklan yang dipasang berdekatan rak produk yang diiklankan.

[caption id="attachment_360574" align="aligncenter" width="369" caption="Contoh Shelf Talker sebuah produk detergen. Gambar: Docpri"]

1411281302223051157

[/caption]


Standing display atau standing banner. Display dari bahan khusus yang dipajang di atas rak atau lantai berisi gambar yang cukup provokatif untuk menarik minat pembeli. Misalnya gambar model berpakaian trendy berbahan tripleks setinggi manusia yang dipajang dekat divisi penjualan pakaian.
Shopblind. Shopblind adalah spanduk-spanduk berukuran sedang atau kecil yang dipajang di depan toko untuk memamerkan penawaran-penawaran terbaik dari produsen yang produknya dipasarkan di toko tersebut.
Flag chain. Flag chain adalah bendera-bendera kecil yang dipajang untuk menyemarakkan toko. Bendera ini selain menyemarakkan juga menampilkan brand atau iklan produk-produk tertentu.
Roll sticker. Iklan ini berbentuk stiker panjang berisi gambar logo yang dicetak berulang-ulang sepanjang stiker. Selain logo, roll sticker juga biasa berisi pesan-pesan sponsor. Penempatannya dilatekkan pada rak barang sehingga dapat menggoda pandangan jika pembeli sedang memilih belanjaannya.
Tinplate. Tinplate adalah cetakan yang dipajang pada papan plat. Biasanya dipajang pada pintu masuk toko.
Wobbler. Display produk yang dibuat dari karton atau plastik berbentuk bundar, oval, segitiga, atau disesuaikan dengan bentuk produk yang diiklankan. Biasa di tempel pada rak barang, atau dekat meja kasir.

[caption id="attachment_360575" align="aligncenter" width="369" caption="Contoh standing display sebuah produk obat anti nyamuk. Gambar: Docpri"]

1411281383574126533

[/caption]

[caption id="attachment_360576" align="aligncenter" width="461" caption="Contoh Wobbler. Gambar dari: http://www.sz-wholesale.com/shenzhen_China_products/Pop-Wobbler_1.htm"]

1411281506167063238

[/caption]

POP memang cukup besar pengaruhnya terhadap minat pembeli. Apalagi produsen atau peritel semakin inovatif merancang POP dalam toko mereka. Belakangan, pakar marketing mengklasifikasikan POP ke dalam tiga jenis yaitu: Display, Signs dan in-store media. Untuk jenis display dan signs sudah dipaparkan contoh-contohnya di atas. Sedangkan in-store media adalah POP yang hadir seiring dengan perkembangan teknologi multimedia, seperti iklan video atau perangkat audio yang dipasang dalam toko.

Kekuatan POP dibandingkan dengan iklan-iklan yang lain adalah POP hadir di bersama paket transaksi yang lengkap. Ada calon pembeli yang disasar, duit mereka (tentu saja) dan produk yang diiklankan dalam satu lokasi sehingga peluang untuk terjadinya pembelian semakin besar.  Jadi tidak usah heran tanpa kesadaran belanja yang baik di dalam supermarket atau toko, tahu-tahu uang dalam dompet kita terkuras. Sampai di rumah baru tersadar banyak belanjaan yang tidak direncanakan, ikut masuk dalam tas belanja kita. Tidak masalah kalau belanjaan tersebut masuk dalam daftar kebutuhan kita. Jika tidak, POP berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. (PG)

Referensi:

Penelitan POPAI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline