Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Saat Prosedur Standar Penerbangan Dipertanyakan

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14202612161799690944

[caption id="attachment_388040" align="aligncenter" width="624" caption="Pesawat Air Asia (KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES)"][/caption]

Dalam bisnis transportasi, ada dua domain pelayanan yang ditawarkan kepada pelanggannya, yaitu keselamatan (safety) dan kenyamanan (comfort). Dua hal ini akan ikut menentukan biaya operasional yang dibebankan kepada pelanggannya. Pada bisnis penerbangan domain pertama adalah harga mati. Jadi setiap maskapai harus memenuhi standar-standar keselamatan penerbangan yang telah ditetapkan secara internasional. Yang bisa disetel adalah domain berikutnya, yaitu kenyamanan. Makanya maskapai Low Cost Carrier akan menekan biaya operasional dengan mereduksi faktor-faktor kenyamanan yang diberikan pada penumpangnya. Hadirlah penerbangan murah tanpa makan dan minum atau  penerbangan dengan awak kabin terbatas. Penumpang tinggal memilih, mau maskapai yang ekonomis namun harus merelakan sejumlah kenyamanan yang bisa didapatkan pada maskapai yang lebih mahal. Tapi sekali lagi mau murah atau mahal, setiap maskapai harus menomorsatukan safety pada setiap penerbangannya.

Safety ini adalah adalah output dari sejumlah proses manajerial dalam sebuah perusahaan penerbangan. Termasuk di dalamnya adalah standar-standar operasional yang harus dipatuhi setiap pihak yang berada di dalam perusahaan tersebut.

Surat Bocor dari BMKG

Dua hari lalu, sebuah surat edaran dari Kepala BMKG kepada Menhub Ignasius Jonan beredar di dunia maya. “Surat bocor” tersebut berisi permintaan mohon petunjuk kepada Menhub perihal kejanggalan permintaan weather report (laporan cuaca) oleh pihak AirAsia yang baru dilakukan pada pukul 07.00 WIB pada hari Minggu saat kejadian loss contact sudah terjadi. Padahal mestinya weather report tersebut diambil sebelum pesawat take off. Surat tersebut langsung menjadi santapan media dan menimbukan polemik baru di tengah khalayak yang menaruh perhatian pada kasus AirAsia QZ8501 ini.

BMKG menganggap fakta ini penting diketahui pak Menhub karena mestinya weather report adalah salah satu dokumen yang wajib ada dalam setiap penerbangan. Hal ini mengindikasikan ada salah satu standar operasional yang dilewatkan oleh pihak AirAsia. Kabar ini bisa jadi batu sandungan bagi AirAsia yang saat ini sedang disoroti banyak pihak. Sampai tulisan ini dibuat belum ada tanggapan resmi dari AirAsia perihal surat dari BMKG ini.

Beberapa saat lalu portal kompas.com juga menurunkan berita mengenai sidak Menhub ke Kantor AirAsia Indonesia di Cengkareng hari ini. Dalam kunjungan itu Menhub memberi peringatan kepada salah satu Direktur AirAsia karena kedapatan tidak lagi melakukan pilot briefing kepada pilot-pilotnya sebelum melakukan penerbangan. Direktur AirAsia tersebut menjawab kalau hal tersebut adalah cara tradisional. Sontak Menhub kesal dan menghardik Direktur tersebut dengan mengatakan AirAsia harus mengikuti peraturan yang ada jika masih ingin diberi izin beroperasi.

Memang bisa jadi beberapa SOP atau aturan penerbangan yang sudah “usang” seperti meminta weather report itu tidak lagi dipatuhi oleh petugas operasional di perusahaan penerbangan atau pilot-pilot yang bertugas karena pesawat komersil modern telah dilengkapi dengan perangkat yang canggih. Pesawat-pesawat ini bisa memantau cuaca di depannya dari jarak ratusan mil sebelumnya sehingga bisa  membuat manuver atau flight plan sejak awal. Apalagi jika penerbangan dipandu oleh pilot yang sudah punya jam terbang tinggi. Hampir bisa dipastikan penerbangan tidak akan menemui masalah yang berarti.

Namun apapun alasannya, sebuah aturan keselamatan tidak serta merta jatuh dari langit, tapi dibuat dengan seksama dengan memperhitungkan segala resiko dan potensi kecelakaan yang mungkin terjadi. Jadi standar keselamatan dibuat untuk dituruti siapapun pihak yang terkait di dalamnya bahkan untuk aturan yang paling usang sekalipun. Sehingga jika terjadi sesuatu yang berada diluar perkiraan, kita telah meminimalisir segala resiko yang mungkin terjadi.

Maskapai AirAsia adalah salah satu maskapai ternama di Asia yang punya catatan keselamatan penerbangan cukup bagus. Sayang sekali kalau raport bagus tersebut terganggu oleh catatan kecil yang kurang bagus ini.

Mematuhi Standar Operasional Bukan Karena Takut Pinalti

Salah satu SOP yang mesti dipatuhi di Credit Union kami adalah bagian keuangan harus menyelesaikan seluruh laporan keuangan bulanan paling lambat setiap tanggal 4 bulan berikutnya. Ini wajib hukumnya. Terlambatnya penyajian laporan keuangan bisa membuat analisis kinerja organisasi dan keputusan operasional penting yang harus diputuskan di tingkat top manajemen juga terlambat jadinya. Akibatnya bisa menghambat kinerja organisasi. Jadi jika laporan keuangan telat, staf-staf keuangan dikenai pinalti   mulai dari denda sampai skorsing tergantung beratnya kesalahan mereka. Untuk itu bagian keuangan selalu berusaha menyelesaikan laporan tepat waktu. Tapi motivasi utamanya bukan karena takut gajinya dipotong, melainkan agar laporan keuangan tersaji di tataran top manajemen tepat waktu sehingga dapat dilakukan analisis dan pengambilan keputusan pada saat yang tepat.

Setiap organisasi punya standar-standar kerja untuk memastikan gol perusahaan tercapai. Gol Credit Union kami adalah memberikan pelayanan prima kepada segenap anggota agar mereka mampu memberdayakan diri melalui pelayanan keuangan yang disediakan Credit Union kami.

Tentu gol tersebut berbeda dengan gol perusahaan penerbangan yang pelayanan primanya lebih berorientasi kepada keselamatan dan kenyamanan penumpang dalam setiap penerbangan. Jika SOP-SOP dalam perusahaan penerbangan ada yang tidak dipatuhi tentu ada pinalti yang mesti diberikan kepada pelanggar-pelanggarnya. Tapi mestinya orang-orang terkait menjalankan SOP bukan pertama-tama agar tidak terkena pinalti, tapi untuk memastikan penerbangan benar-benar berjalan sebagaimana mestinya menghantar para penumpang sampai ke tujuannya.

Bisnis penerbangan memiliki standar-standar yang ketat bukan main, karena berurusan dengan nyawa penumpangnya. Untuk memastikan penumpang benar-benar mematikan sinyal handphone sebelum take off, seorang awak kabin pun punya SOP sendiri. Mudah-mudahan catatan kecil di tengah musibah ini bisa menjadi pelajaran yang baik mengenai esensi dari sebuah peraturan. Bukan saja bagi mereka yang sehari-harinya berurusan dengan nyawa orang lain, tapi juga bagi kita sekalian yang terikat dengan aturan dan norma baik di komunitas kita maupun di tengah-tengah masyarakat. Standar dan peraturan tentu dibuat untuk membuat kehidupan lebih baik. (PG)

Referensi:

Surat Bocor BMKG




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline