Profesor adalah gelar tertinggi yang bisa diberikan kepada seseorang yang senang belajar. Gelar ini sendiri sulit sekali didapatkan, sehingga tercipta asumsi-asumsi terhadap gelar ini. Salah satunya adalah bahwa seorang Profesor harus bisa menjaga sosok dirinya di publik dan menjadi contoh bagi semua orang di sekelilingnya. Profesor bisa dikatakan sebagai sosok role model. Terutama bagi mereka yang merupakan Profesor di sebuah universitas, dimana akan banyak mahasiswa maupun mahasiswi yang akan mencontoh dan melihat tingkah laku dari Profesor dan dosen mereka.
Walaupun fakta berkata seperti itu, kenyataannya jauh juga dari itu, tentu saja ada beberapa tindakan anomali dalam dunia Profesor. Beberapa tindakan yang akhirnya menyebabkan masyarakat mempertanyakan kelayakan sosok orang tersebut dalam mendapatkan gelar Profesor. Tindakan ini ada banyak variasinya mulai dari korupsi, pencurian, penipuan, dan salah satu tindakan yang cukup sering dijumpai adalah pelecehan seksual.
Tindakan anomali itu dilakukan oleh seseorang bernama Profesor B, dosen Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, divonis dua setengah hingga enam tahun penjara karena diduga melakukan pelecehan seksual terhadap seorang mahasiswi. Mengutip artikel dari Kompas.com, dikatakan bahwa pelecehan yang terjadi adalah Profesor itu melepas masker dari mahasiswi dan menciumnya sebanyak dua kali. Artikel tersebut juga menyatakan bahwa tempat terjadinya kedua kejadian pelecehan seksual adalah di rumah sang Profesor. Ini menunjukkan sisi gelap dari dunia keprofesoran.
Tidak luput dari berita tersebut, mengutip dari DetikNews.com, polisi berhasil menahan Profesor tersebut karena ditemukan 2 bukti kuat yang menyimpulkan Profesor tersebut sebagai pelaku. Akhirnya ketika sidang, Profesor B tidak memberi pembelaan karena merasa tidak siap memberikan pembelaan. Ini dapat menunjukkan bahwa meskipun seseorang bisa menjadi Profesor, mereka tetap manusia dengan tindakan yang mereka lakukan, entah itu tindakan baik ataupun buruk. Selain itu, Profesor ini tidak siap memberikan pembelaan pasti disebabkan karena aneka jenis alasan, tapi yang paling mungkin adalah bahwa dia sadar seberapa buruk tindakan yang ia lakukan untuk orang yang berpendidikan sepertinya.
Sungguh hal yang tidak senonoh untuk dilakukan oleh seseorang dengan sebuah gelar yang kuat dan tinggi. Cerita tersebut hanya merupakan salah satu dari banyak kasus terjadinya tindakan yang tidak cocok dilakukan seorang Profesor. Ini hanya akan menimbulkan pertanyaan bagi semua orang, yaitu "Apakah orang ini layak menjadi seorang Profesor?" Untuk kasus ini, tentu bisa dikatakan bahwa jawabannya adalah tidak, karena sosok Profesor ini rela membiarkan hasrat menguasainya, yang bertentangan dengan gelarnya sendiri.
Seorang monyet sangat cerdik, dan mereka mudah sekali tertarik dengan hasrat seksual mereka. Mereka sangat senang melakukan tindakan seksual kepada sesamanya. Tindakan itu tidak bisa dipisahkan dari tindakan Profesor B, yang cerdik karena bisa mendapatkan gelar profesor, dan juga dengan tidak bisa mengontrol hasrat seksual mereka. Tindakan yang dilakukan Profesor ini sungguh menggambarkan sebuah monyet yang sulit mengontrol hasratnya. Oleh karena itu, alangkah baiknya kita semua sebagai orang-orang terpelajar tidak melakukan tindakan seperti Profesor ini. Kita harus bisa mengetahui mana yang baik dan mana yang salah, terutama orang seperti Profesor. Dengan demikian, maka kelayakan seseorang menerima gelar tersebut tidak akan dipertanyakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H