Lihat ke Halaman Asli

Kisah Tentang Masa Lalu

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku lupa memaafkan itu seperti apa, aku lupa cara mengiklaskan itu bagaimana? Aku tahu ini salah, tapi.. Maaf, aku tak bisa merubah.

***

Suatu malam, di kamar 302

.......
Lelaki: “aku masih mencintaimu seperti dulu”
Perempuan: “aku lupa seperti apa cinta itu”
Lelaki: “kembali padaku, kita lanjutkan yang pernah terhenti”
Perempuan: “tak perlu, tak ada yang harus dilanjutkan”
Lelaki: “maafkan aku, aku menyesal”
Perempuan: “sesalmu tak akan merubah apapun”
Lelaki: “kau tak mengerti, aku sudah berubah sekarang”
Perempuan: “perubahanmu tak akan menyembuhkan sakit ini”
Lelaki: “kau egois, kau tak pernah mau mendengarkan aku”
Perempuan: “aku sudah lelah memperjuangkan ini sendiri”
Lelaki: “aku slalu disampingmu”
Perempuan: “disampingku katamu? Lalu kamu disebelah mana? Saat ada janin hidup dirahimku,”
Lelaki: “aku sedang mencari jalan”
Perempuan: “jalan? Jalan untuk lari dari tanggung jawab?”
Lelaki: “dengarkan penjelasanku”
Perempuan: “tak ada lagi yang perlu kau jelaskan”
Lelaki: “semua itu sebenarnya salahmu, kau yang membunuh anakku!”
Perempuan: “anakmu kau bilang? Bukannya dulu kau tak peduli.. Tak usah sok jadi pahlawan, sudah jelas kau dulu malah hilang tanpa kabar”
Lelaki: “kau terlalu terburu-buru mengambil keputusan”
Perempuan: “ingat, semakin hari perutku semakin membesar.”
Lelaki: “tapi tak seharusnya kau melakukan itu, kau ingat sebelum seribu hari janin itu, hidupku tak akan tenang”
Perempuan: “kau pikir aku percaya? Lalu apa pernikahmu dengan mantan istrimu 1th yang lalu”
Lelaki: “janin itu sebabnya kami berpisah secepat ini”
Perempuan: “tak usah mengkambing hitamkan, jelas-jelas kalian berpisah itu karena egomu yang kian membengkak”
Lelaki: “kau salah”
Perempuan: “aku pernah membuat kesalahan besar, yaitu memperjuangkanmu... Dan sekarang tak akan ku ulangi lagi”
Lelaki: “Tolong maafkan aku, Tuhan saja Maha Pemaaf.. Kenapa kau yg cuma manusia biasa tak bisa memaafkan aku”
Perempuan: “kau sudah pasti tau jawabanya, karna aku bukan Tuhan.. Kamu, minta maaf saja sama Tuhan”
Lelaki: “Kupikir Tuhan sudah memafkan aku”
Perempuan: “kalo menurutmu Tuhan sudah memaafkanmu, kenapa kau masih membujukku melakukan hal yang sama?”
Lelaki: “karna aku ingin memperbaiki semuanya denganmu”
Perempuan: “sudah ku bilang aku tak bisa”
Lelaki: “Tolong, aku ingin hidup denganmu.. Kita akan bahagia, akan ku berikan kau anak-anak yang manis penganti janin itu”
Perempuan: “sudah berhenti, aku tak ingin mendengarkan omong kosong itu lagi.. Buang mimpimu!!”
Lelaki: “beri aku satu kali lagi kesempatan, aku tak akan mengecewakanmu!”
Perempuan: “Itu sudah terlalu sering kau katakan”
Lelaki: “dan ini yang terakhir”
Perempuan: “.......”
Lelaki: “akan ku berikan apapun yang kau minta”
Perempuan: “Tidak, trimakasih..”
Lelaki: “suatu saat kau akan menyesal”
Perempuan: “aku akan lebih menyesal bila memberimu kesempatan lagi”
Lelaki: “....”
Perempuan: “tolong... Biarkan aku tenang, jangan usik hidupku lagi, Minggu depan aku akan melangsungkan Akad Nikah”
Lelaki: “aaah, kau jangan bercanda...”
Perempuan: “ku pikir, aku tak pernah main-main dengan ucapanku”
Lelaki: “....”
Perempuan: “menurutku kau masih ingat dimana letak pintu keluar, silahkan pergi.”

***

Kalian akan tau, apa itu menyesal setelah semua terlambat.. Dan sesal itu tak akan pernah punya arti.

Jogjakarta, Jum'at 1 maret 2013
Nhaa_phinna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline