Lihat ke Halaman Asli

Novi Muharrami

Governor's Speechwriter

Tak Ada Ayam yang Tak Makan Padi

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Filosofi inilah yang digunakan oleh lawan-lawan politik Anda dan bahkan terbawa sampai ke meja perundingan internasional. Betapa hebatnya para perunding negara-negara luar yang akan berunding dengan Indonesia.

Sebut saja Singapura. Mengapa Singapura sulit sekali untuk diajak menandatangani perjanjian ekstradisi? Ini semua karena Singapura telah mendapatkan manfaat dari kegiatan pelarian para 'penjahat kerah putih' Indonesia.

Lalu, apakah Singapura enggan menandatangani? Bukan itu masalahnya. Si diplomat yang akan berunding soal perjanjian ekstradisi ini siapa dulu. Apakah dia orang bersih? Apakah dia diberikan janji-janji oleh Singapura?

Hahaha! Inilah yang tak pernah terungkap ke media massa. Kita cenderung berpikir bahwa Singapura teguh tak ingin menandatangani ekstradisi lantaran sudah kekenyangan dengan investasi dari Indonesia.

Mengapa kita tidak berpikir, bahwa perundingan itu justru untuk menegaskan agar Singapura jangan pernah menandatangani perjanjian ekstradisi dengan memberikan kepastian bahwa orang Indonesia akan semakin banyak yang melancong dan berinvestasi ke sana?

Sehingga, jika para penjahat 'kerah putih' lari ke sana, sulit untuk diekstradisi dengan jaminan mereka akan berinvestasi di Singapura. Wow! *analisis ngasal*

Kembali ke judul, ayam mana yang enggak makan padi? "Ayam ajaib, bu." jawab siswa saya di kelas.

Maksudnya begini, kebanyakan dari perundingan kita di luar negeri gagal lantaran mereka telah memahami budaya Indonesia, yakni kerap menjamu tamu datang. Namun sayangnya, tidak ada yang gratis dalam sebuah diplomasi. Jamuan yang kita sangka sebagai welcome party mereka, sesungguhnya untuk memperdayai kita saja.

Apalagi jika para perunding mau saja dijamu dengan 'wanita'. Sudah pasti ambruk deh, langsung tanda tangan tanpa dibaca dulu tuh isi perjanjian.

Well, ada yang ingin berbagi opini? Saya menunggu opini cerdas dari para Kompasianers di laman komentar di bawah ini.

Let's get together to discuss whatever ... #eh!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline