Lihat ke Halaman Asli

Philosophia RI

Mahasiswa aktif UNS

Goespoer's Performance Art: Wayang Godhong Ijo Royo-royo untuk Memperingati Hari Lingkungan Hidup Dunia

Diperbarui: 21 Juni 2024   13:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertunjukan Wayang Godhong (Sumber: Dokumentasi Goespoer)

Seperti yang kita ketahui, pada umumnya wayang yang kita kenal di antaranya adalah wayang kulit maupun wayang golek. Jenis seni pertunjukkan ini biasa kita temukan di pertunjukan pendalangan yang dilaksanakan dalam memperingati hari-hari tertetu. Tetapi, ada yang menarik di sini. Ternyata, variasi wayang yang ada di Indonesia lebih dari sekadara wayang kulit maupun wayang golek. Tahukah kamu, wayang kulit atau wayang golek dapat dikategorikan sebagai jenis wayang yang cukup mewah karena membuatannya yang tidak mudah, oleh sebab itu juga pertunjukkan wayang bisa dikatakan pertujukkan yang megah. Oleh karena itu, masyarakat kita pada zaman dahulu jika ingin mendalang dapat dimulai dengan membuat wayang dengan benda-benda alam yang lebih mudah ditemukan, dimulai dari rumput dan daun.

Berbeda dengan pertunjukkan wayang kulit, pertunjukkan wayang godhong (wayang daun) yang didalangi oleh Prof. Goespoer, guru besar Seni Rupa Murni, Universitas Negeri Sebelas Maret, tidak memerlukan layar. Berbeda dengan pertunjukkan wayang kulit juga, gamelan yang digunakan selama pertunjukkan pun tidak terlalu kompleks dan lebih sederhana.

Pada kesempatan ini, di hari lingkungan hidup dunia tanggal 5Juni 2024 Prof. Goespoer mengadakan pertunjukkan wayang godhong di Tol Kahyangan, Sawangan, Magelang. Bersama rekan-rekannya sebagai pengiring, beliau bernarasi di atas panggung. Pada intinya, pertunjukkan ini ditunjukkan sebagai rasa syukur atas berkat dan rahmat yang telah diberikan oleh Tuhan YME. Merawat alam yang telah dititipkan oleh Tuhan merupakan salah satu caranya, begitulah pesan yang disampaikan Prof. Goespoer selama pertunjukkan.

Narasi yang diiringi dengan melodi dan tembang-tembang jawa digaungkan selama pertunjukkan. Musik yang didominasi hentakan-hentakan gendang, serta diiringi sako dan biola membuktikan betapa meleburnya unsur musik pengiring selama pertunjukkan. Di sisi lain, Prof. Goespoer sendiri menunggangi seikat besar ilalang seakan-akan sedang menungangi kuda.Karya seni lukis di belakang layar pun ikut memeriahkan acara. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline