Apa kabar para Kompasianer tercinta? Kesehatan dan kebahagiaan anda selalu menjadi harapan saya. Semoga gejolak harga kedelai tidak memengaruhi kegemaran kita akan tempe dan tahu. Ngomong-ngomong soal harga kedelai, tentu kita tidak dapat lepas dari angka-angka. Entah itu sekian ribu rupiah, entah itu sekian triliun rupiah yang diraup oleh kartel kedelai. Ah, sudahlah... saya tidak ingin mengomentari "skandal" harga kedelai di negeri ini. Sudah banyak di antara para Kompasianer yang mumpuni di bidang ekonomi dan perdagangan. Jadi biarlah para suhu di bidang tersebut yang mengulasnya. Dalam tulisan ini saya ingin menyampaikan mengenai angka-angka dalam aksara Jawa. Kepada anda dalam tulisan-tulisan sebelumnya, sudah saya perkenalkan 20 aksara carakan, 20 aksara pasangan, 7 aksara murda, 5 aksara swara, 16 sandhangan, purwapada, madyapada, dan wasanapada. Sama seperti aksara yang kita gunakan sehari-hari, aksara Jawa juga mengenal angka-angka dari 0 sampai 9. Wujud dari angka-angka tersebut seperti aksara carakan, aksara murda, dan aksara swara. Karena aksara dan angka wujudnya mirip, lalu bagaimana kalau anda ingin menulis angka dalam kalimat? Apakah nanti tidak membingungkan pembacanya? Untuk membedakan apakah itu angka atau aksara, penulisan angka memiliki aturan khusus. Nah, sebaiknya saya perkenalkan dulu wujud angka-angka Jawa kepada anda. Ini dia:
[caption id="attachment_266265" align="aligncenter" width="523" caption="Angka Jawa"][/caption] Perhatikan wujud angka-angka Jawa di atas. Angka o (nol) seperti nol biasa. Angka 1 (satu) seperti aksara carakan ga, angka 2 (dua) seperti aksara nga lêlêd (carakan nga dirangkai dengan sandhangan na), angka 3 (tiga) seperti aksara carakan nga dirangkai dengan sandhangan péngkal, angka 4 (empat) seperti bagian depan aksara swara a, angka 5 (lima) seperti angka 4 dengan "ekor" yang lebih panjang, angka 6 (enam) seperti aksara swara é, angka 7 (tujuh) seperti aksara carakan la, angka 8 (delapan) seperti aksara murda pa, dan angka 9 (sembilan) seperti aksara carakan ya.
Kembali ke persoalan di atas, bagaimana menulis angka-angka Jawa di dalam kalimat agar tidak membingungkan pembacanya? Untuk membedakan antara aksara dan angka, anda harus menulis angka di antara pada pangkat. Bentuk pada pangkat menyerupai sandhangan cecak, tetapi bersusun atas-bawah. Seperti gambar berikut ini bentuk pada pangkat:
[caption id="attachment_266267" align="aligncenter" width="316" caption="Pada pangkat"]
[/caption] Titik-titik di antara pada pangkat itu adalah tempat anda menuliskan angka-angka Jawa. Paling sedikit satu angka, paling banyak tak terbatas. Perlu diketahui, anda tidak memerlukan titik untuk menulis angka Jawa dengan jumlah ribuan ke atas. Mari kita perhatikan contoh penulisan angka dalam gambar berikut ini:
[caption id="attachment_266268" align="aligncenter" width="524" caption="Cara penulisan angka Jawa, 17 dan 1945."]
[/caption]
Bagaimana? Tidak terlalu susah bukan? Contoh di atas adalah contoh penulisan bilangan bulat dengan angka Jawa. Untuk menulis bilangan pecahan, anda tinggal menempatkan angka-angka Jawa bersusun atas-bawah di antara pada pangkat. Perhatikan gambar berikut:
[caption id="attachment_266269" align="aligncenter" width="494" caption="Penulisan bilangan pecahan dengan angka Jawa."]
[/caption] Sekarang mari kita gunakan angka 17 dan 1945 yang ditulis dengan angka Jawa dalam kalimat:
[caption id="attachment_266270" align="aligncenter" width="596" caption="Contoh penulisan angka Jawa dalam kalimat."]
[/caption]
Contoh lain penulisan angka Jawa dalam kalimat adalah sebagai berikut:
[caption id="attachment_266283" align="aligncenter" width="485" caption="Contoh penulisan angka Jawa dalam kalimat."]
[/caption] Sebagaimana saya sampaikan sebelumnya, bahwa angka Jawa tidak mengenal titik. Jadi bila anda ingin menulis angka ribuan, anda cukup menderetkannya berurutan. Memang agak susah juga membaca angka Jawa di atas ribuan karena anda harus membayangkan sendiri di mana letak titik-titiknya. Ini contohnya:
[caption id="attachment_266271" align="aligncenter" width="594" caption="Angka Jawa tidak memerlukan titik untuk memisahkan angka ribuan ke atas."]
[/caption] Bila angka latin mengenal bilangan ordinat seperti ke-1 (I), ke-7 (VII), dan seterusnya, angka Jawa tidak mengenal itu. Untuk menulis bilangan ordinat dalam angka Jawa tetap menggunakan angka-angka yang ada, namun dengan menambahkan kata kaping (yang berarti ke-) atau kata ingkang kaping (yang berarti yang ke-) di depannya. Berikut ini contohnya: