"I used to think my life was a tragedy, but now I realize, it's a comedy."
Itulah secuplik perkataan Joker dalam trailer yang dirilis baru-baru ini. Diharapkan tagline itu akan menjadi trending-topic di media sosial seiring rilis film tersebut pada bulan Oktober tahun ini.
Trailer berdurasi 2,5 menit tersebut secara sekilas menggambarkan bagaimana kekejaman masyarakat Gotham mengubah seorang badut ceking menjadi seorang Joker yang gila.
Ini tentu beban yang amat berat.
Semua orang tahu, menghidupkan karakter Joker bukanlah pekerjaan mudah. Para movie-mania masih terkesima dengan akting Heath Ledger yang cemerlang sebagai Joker dalam film The Dark Night. Pemeran Joker berikutnya pasti dikomparasi dengan sang almarhum.
Untungnya, masyarakat urban sudah cukup mengenal karakter Joker. Orang-orang tua di kampung memakai gambarnya dalam permainan kartu remi. Generasi 90-an sudah lama membaca komik-komik Batman. Kaum milenial menonton film-filmnya.
Selama Batman hidup, selama itu pula Joker, musuh abadinya, ada. Dikotomi ini sudah berkembang sejak Joker pertama kali muncul dalam komik Batman pada tahun 1940.
Namun, di situlah masalahnya.
Joker yang Asli, Silakan Berdiri
Sementara kita cukup familiar dengan sejarah Bruce Wayne alias Batman, hanya sedikit yang kita tahu tentang Joker. Informasi tentang latar belakangnya samar-samar dan bervariasi. Kita tidak lebih bingung daripada polisi yang melucuti berbagai belati dari balik pakaiannya.