Kanker payudara semakin mengganas. Di kota besar sampai kota kecamatan, perempuan yang mengidap kanker payudara tidak lagi asing. Begitupun, dampaknya tetap mematikan.
Menurut situs cancer.org, saat ini kanker payudara adalah pembunuh wanita no. 2 (setelah kanker paru). Diperkirakan, 1 dari 38 orang wanita mati akibat kanker payudara setiap tahun.
Berbagai metode kedokteran telah dikembangkan untuk melawan penyakit ini. Operasi pengangkatan, terapi radiasi, terapi hormon. Yang paling dikenal adalah kemoterapi.
Dalam kemoterapi, dokter memakai sejumlah obat keras, seperti antrasiklin dan taxanes, untuk membunuh sel-sel kanker pasien. Efek samping yang ditimbulkan cukup menyiksa, dari pusing, mual, rambut rontok, kulit terkelupas, dan badan lemah. Banyak yang tidak tahan.
Karena itu, ketika Aysa Aurealya Maharani dan Anggina Rafitri diumumkan sebagai pemenang World Invention Creativity Olympic (WICO) di Seoul, Korea, para penderita kanker payudara patut bergembira.
Dan, ini bukan hoaks. Beritanya di sini.
Temuan Aysa dan Anggina bermula dari tugas ekstrakurikuler di sekolah mereka. Mereka diminta untuk menerapkan ilmu yang didapat dari alam. Aysa teringat pada kisah nenek temannya yang sembuh dari kanker payudara setelah mengonsumsi akar bajakah.
Bajakah adalah tumbuhan khas Kalteng yang tumbuh liar di hutan. Suku Dayak telah lama menggunakannya untuk mengobati berbagai macam penyakit keras.
Pergilah Aysa dan teman-temannya untuk membuktikan kebenaran klaim itu. Mereka mencari sampel sampai di kecamatan Bukit Batu, Palangka Raya. Setelah didapat, contoh akar diperiksakan di laboratorium Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin.
Hasilnya mencengangkan. Akar bajakah memiliki kandungan saponin, alkoloid, steroid, terpenoid, flavonoid, tanin, dan fenolik tingkat tinggi.