Apa kabar Boeing 737 Max-8?
Nama ini populer semenjak dua kecelakaan maut yang merenggut ratusan nyawa dua tahun terakhir. Akibatnya, pesawat tipe tersebut dilarang terbang (grounded) di seluruh dunia.
Belakangan tidak lagi terdengar berita terkait 737 Max; tertutupi oleh hingar bingar politik dan isu-isu moral remaja di sosial media.
Baru-baru ini, harian Seattle Times mengungkapkan hasil investigasi mereka menyangkut penyebab sesungguhnya dari bencana Boeing 737 Max (seattletimes.com; 17/03/2019).
Ketika pada tahun 2015 Boeing bergegas untuk mendapatkan izin terbang bagi Max, Jawatan Penerbangan Federal AS (FAA) mempercepat persetujuannya. Padahal, sistem kendali mutakhir yang disematkan Boeing menunjukkan sejumlah cacat.
Genderang yang Kembali Ditabuh
Dua produsen pesawat terbang terbesar di dunia adalah Boeing dan Airbus. Sampai tahun 2016, Boeing disinyalir menguasai 38% pangsa pasar, sementara Airbus 28%. Keduanya musuh bebuyutan.
Kompetisi di antara keduanya tampak jelas dari produk-produk yang dihasilkan. Jika salah satu dapat menawarkan pesawat yang lebih baik, maka yang lain akan kalah saing dan merugi.
Pada tahun 2010 Airbus mengumumkan rencana meningkatkan performa (upgrade) pesawat A320 yang telah eksis. Tipe ini banyak dipakai untuk melayani penerbangan domestik di seluruh dunia.
Selain memaksimalkan bodi pesawat, peningkatan utama yang dikerjakan Airbus adalah memasang mesin turbofan yang baru. Dengan itu, sekalipun bodi A320 Neo membengkak, tetapi konsumsi bahan bakarnya lebih irit 15%.