Tak kenal maka tak sayang. Bukankah ungkapan itu benar adanya? Maka ijinkan aku memperkenalkan diri terlebih dahulu . Akan kuceritakan sepenggal kisah hidupku yang sedari kecil telah dibentuk oleh wanita yang kusebut mamak.
Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Kehidupan ekonomi keluarga kami tergolong cukup. Akan tetapi, sedari kecil aku dan kedua adikku tidak pernah dimanjakan dengan berlimpahnya permainan, barang mewah maupun makanan mahal. Ingatanku masih sangat jelas bahwa semasa kecil, aku hanya memiliki sebuah boneka monyet berwarna coklat.
Mungkin, itulah sebabnya mengapa aku tidak terlalu menyukai boneka saat ini. Sedangkan kedua adikku, mereka memiliki permainan senjata yang dapat mengeluarkan bunyi dan sebuah robot ultraman. Dikarenakan masa kecil kami tidak memiliki banyak permainan, maka lebih sering kami bermain dengan alam di sekitar.
Kuharap engkau mengerti perasaanku kala itu, saat tetanggaku menunjukkan permainan baru yang dimilikinya ketika berulang tahun. Tak kupungkiri, aku merasa iri terhadap tetanggaku. Mereka memiliki orang tua yang baik, tidak perhitungan dan sayang terhadap anak. Sedangkan aku dan kedua adikku hanya bisa tersenyum kecut menerima kenyataan bahwa mamak adalah orang yang pelit.
"Phil, aku udah punya komputer pentium dua loh" Devi sangat antusias bercerita kepadaku.
"Wah, kapan dibeli?" Tanyaku penasaran.
"Tadi malam. Kata bapakku supaya aku jago komputer"
Enaknya jadi Devi, pikirku. Terus-terusan membandingkan diri dengan orang lain, memang akan membuat kehidupan kita terlihat semakin menyedihkan.
Di ulang tahunku yang ke-17, orang tuaku memberikanku sebuah kado. Hal ini sangat jarang terjadi. Apabila ada anggota keluarga yang berulang tahun, biasanya kami hanya akan makan di luar tanpa pernah ada pemberian kado semacam ini.
"Selamat ulang tahun, nak!" (orang tuaku menciumku)
"Ini dari mamak dan bapak" (sambil menyerahkan sebuah ransel hitam yang lumayan berat)