"Gue bukan seorang aktivis. Gue juga bukan anak pengemis. Gue hidup dari keluarga harmonis. Gue, gue gue !!! Nah, Loe apa??? Gue butuh alamat loe, biar gue kirim pakaian-pakaian yang bermerek, gincu dan make up yang bisa buat jerawat loe pada ilang. Dijamin kecantikan tidak luntur selama tidak dicuci."
Oleh : Septian Siagian
Kamu mau tau apa yang menjadi paling Indonesia? kamu juga pasti penasarankan dengan simbol tanda tanya dengan tanda seru. Kok dicantumkan demikian? Waktu baca pesan pembukanya, agak miris bacanya pake kata gue-gue segala dan menganggap si penulis angkuh. Hello, not jugde me like that, read more and find something who be interest. Karena gue menulis ini terinspirasi dari wajah-wajah yang kehilangan Jati Diri Bangsa. Sumpah gue muak bacanya, dari dulu gitu-gitu mulu tanggapan terhadap negara ini. Masih mending orang asing yang menilai, bisa jadi alat introspeksi diri. Tapi tanggapan yang ada dari bangsa ini sendiri. Mengolok-olok bangsa sendiri, tak sadar kalau tubuh dan darah terkontaminasi sama tanah negeri ini.
Paling Indonesia : Loe suka membanding-bandingkan. Loe liat negara orang lebih makmur, punya program yang loe anggap paling bagus, loe tau kalau tanggapan loe itu tak lain dari membunuh karakter loe sendiri sebagai bagian dari bangsa ini. Loe sadar ga sih loe pake bedak merek apa? loe pake baju trendy negara mana? ujung-ujungnya makan nasi juga ... (maaf kalau ini merusak mental, tapi sadar akan kemampuan diri).
Paling Indonesia : Plus Kritikan Minus Saran Loe tau maksudnya ga? negara ini terlalu banyak memendam emosi negatif, sampai saran pun jadi terabaikan. Ibarat hanya ada petunjuk 'jalan masuk' tapi tak ada petunjuk untuk 'jalan keluar'. Begitulah gambaran loe-loe yang cuma bisa mengkritik. Hanya bisa masuk tak bisa keluar ... (orang kebanyakkan kritik bukan orang cerdas tapi orang pintar yang cocoknya duduk dipinggiran jalan selama hidupnya)
Paling Indonesia : Orang-orang pintar disekitar orang-orang minim pengetahuan Paling banyak neh dilingkungan, malahan bisa sering ditemukan (bukan mahluk langka). Hampir sama dengan proses cuci otak yang dilakukan oleh orang-orang yang mengatasnamakan sebuah negara baru. Orang pintar mengasah kepintaran dengan berbagi pada orang-orang yang cuma bisa katakan "Ya, emmm, iya, pas itu, yah, benar juga". Tanpa paham apa yang ia dengar dan katakan. Hanya bisa katakan ya ya ya dan tidak. Saya juga dulu suka mengkritik, berbicara hal-hal yang tidak berpengaruh besar untuk negara. Hal tersebut membuang-buang waktu dan tenaga untuk berpikir mengulas. Yah, ini hanya sebagian dari kekesalan yang harus ku tuangkan dalam tulisan. Dari pada penyakit dalam kepala mending langsung dibagikan ke publik maya. Biar hilang sudah benang kusut yang menyumbat kepala. Tulisan ini bukan bermaksud menjatuh, hanya saja sebagai alat refleksi bagi kita semua yang suka membanding-bandingkan secara negatif, mengolok-olok dan lain sebagainya yang tidak pantas untuk dilanjutkan.
"MARI !!! Berikan nilai-nilai positif, bersabar dalam menghadapi setiap perubahan dalam hidup, cobalah lebih kritis untuk sebuah perubahan yang lebih baik. Agar kita paham apa yang kita lihat, dengar dan ucapkan." Terimakasih telah membaca sampai selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H