Lihat ke Halaman Asli

Give

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian “memberi”,ini merupakan moment yang ngak akan pernah aku lupakan, karena benar-benar membuat aku kecewa sama diri sendiri dan jadi pelajaran banget, bahwa pada saat memberi harus ikhlas dan jangan menggerutu.

Kejadiannya sekitar tahun, lalu di bus Transjakarta,jurusan blok M-Kota sekitar jam 14.00 WIB, dengan panas yang luar biasa menyengat didukung  antrian di halte busway Blok M yang sangat padat dan udara pengap. Hampir  15 menit menunggu , busway yang ditunggu ngak juga nongol-nongol membuat beberapa calon penumpang mulai menggerutu disana sini.

Aku ngelirik jam ke seseorang yang ada disebelah kananku dan jam sudah menunjukkan pukul 14.30, pada saat akhirnya satu bus tranjakarta menampakkan diri, dan mulailah penumpang saling sikut menyikut, berebutan masuk, dengan harapan masih bisa dapat tempat duduk, berhubung udah lelah, maka aku pun ikut-ikutan berebut, walhasil mendapat tempat duduk. Perjuangan desak-desakan terbayar sudah, dan kemudian aku memasang mp4  sambil melepas lelah sejenak sambil berharap jangan ada ibu hamil, lansia, atau ibu bawa anak yang naek (jahat banget ya), setidaknya sampai aku turun di halte sarinah.

Tetapi ternyata Sang Khalik berkehendak lain, dihalte kedua setelah blok M, naiklah seorang ibu-ibu tua (perkiraan sih berumur 60an) naik, mengambil tempat berdiri di seberang aku (membelakangi aku tepatnya). Tidak beberapa lama petugas member aba-aba agar ada yang memberi tempat duduk ke pada sang ibu. Aku melihat kederetan yang penumpang yang persis didepan si ibu yang tak satupun bergeming (semuanya masih muda) bahkan ada yang pura-pura tidur, ntah kenapa jadi dongkol ngelihatnya, di satu sisi aku juga ngak rela ngelepasin bangku yang didapat susah payah dan ntah kenapa hari itu aku lelah banget, jadi emang udah agak susah buat berbagi. Sang petugas akhirnya ntah kenapa tiba-tiba berpaling kearahku, sambil berkata “ tolong ya mbak, ya muda ngalah”, dengan jengkel aku bangkit dari tempat duduk dan mencolek si ibu, untuk memberikannya tempat duduk, tanpa sedikitpun aku melihat ke arah si ibu (dan aku  juga merasa ada nada ngak ramah disuaraku), “tau gitu gue pura-pura tidur deh” rutukku dalam hati. Sambil berusaha menghilangkan rasa jengkel aku memasang mP4 lebih kencang dan berusaha mengingat kejadian2 lucu agar  bête menghilang. Lagi sibuk-sibuknya memperbaiki suasana hati  (jarak 2 halte dari si ibu tadi naik), tiba-tiba aku merasa ada yang mencolek punggungku, dengan spontan aku menoleh dan ternyata si ibu tadi menawarkan bangku yang telah kosong di sebelahnya dengan sangat ramah, dan dengan segera aku duduk  disampinganya, dan tepat pada saat aku duduk si ibu dengan lembut berkata “barang siapa yang mau memberi, maka dia akan mendapat  juga” dan kemudian dia tersenyum sambil mengelus lembut lenganku astaga dalam hati aku rasanya ingin ditelan bumi sangkin malunya mengingat tadi aku sempat jengkel dan ketus memberi tuh bangku pada si ibu.  Rasa menyesal yang ngak ketulungan dan penegoran yang ngak secara langsung itu membuat aku sadar seketika, betapa ngak relanya aku memberi secara iklas.

Aku memang ngak pernah bertemu dengan ibu itu lagi, tapi kejadian itu bener-benar membekas diingatanku, dan menjadi pelajaran yang berharga banget. Kejadian itu selalu menjadi  radar pengingatku sampai sekarang ketika naik kendaraan umum. Memberi selalu  dimulai dari hal yang kecil,-> memberi tempat duduk, menyapa  rekan kerja di pagi hari, membiarkan telinga untuk mendegar cerita sahabat, pujian pada atasan/bawahan, mengucapkan selamat ulang tahun dan masih banyak lagi,   maka untuk hal besar kita pasti lebih dimampukan untuk berbagi dengan sesama. Tidak ada yang salah dalam berbagi jika sesuai dengan kadarnya dan dengan hati yang iklhas, jadi selamat berbagi  J.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline