Di bulan Ramadan semakin banyak saja pedagang yang berjualan masuk ke komplek rumah tempat tinggal saya. Dari penjual roti, buah, minuman, hingga gorengan. Sedikit saja pintu rumah terbuka, maka pedagang semakin nyaring bunyinya menawarkan barang jualannya.
Terkadang yang tak ingin di beli pun, akhirnya dibayar juga barang dagangannya. Apalagi kalau produk yang dijual tampak masih banyak, sementara jam sudah menunjukkan hampir waktu magrib. Terutama bagi mereka yang menjual makanan.
Seperti sore tadi, ada seorang bapak yang berjualan dengan jalan kaki, menyapa saya yang kebetulan memantau anak yang bermain dengan tetangga. Bapak tersebut menjual risol isi 10 buah dengan harga delapan ribu rupiah saja. "Harganya delapan ribu, bisa disimpan dikulkas," kata bapak tersebut menawarkan barang dagangan penuh harap.
Tanpa babibu, saya ambil uang ke dalam dan membeli risol yang bapak tersebut tawarkan. Wajah rentanya tampak tersenyum. "Terima kasih ya, semoga diberikan rezeki berlimpah," katanya setelah menyelesaikan transaksi.
Sejurus kemudian, saya menyuruh anak yang lagi menonton televise untuk menyimpan risol tersebut. Anak saya sedikit heran.
"Loh kok beli risol lagi." Tanyanya
"Emang gorengan tadi ada risolnya." Saya malah balik bertanya.
"Lah justru paling banyak risolnya." Jawab anaknya saya.
Lalu, saya jelaskan kalau ada seorang bapak yang menawarkan risol dan langsung dibeli. Anak saya mengangguk. "Iya yah, hitung-hitung sedekah kepada orang berjualan dan nambah makanan berbuka." Lalu risol tersimpan dibalik kulkas.
Mengajarkan Anak untuk Membantu Orang lain
Kepada anak saya ingin memberi contoh, kalau niat sedekah bisa sekaligus membantu orang lain. Setidaknya, meringankan beban bapak yang berjualan tersebut, sehingga barang dagangannya semakin sedikit.