Lihat ke Halaman Asli

Phadli Harahap

TERVERIFIKASI

Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Sering Mengatakan "Rasulullah Tidak Memberi Contoh Seperti itu", tetapi Tetap Saja Melakukannya

Diperbarui: 13 April 2022   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Perkataan dengan kalimat "Rasulullullah tidak memberi contoh seperti itu" ramai dituliskan ketika video pemukulan Ade Armando Menyebar. Namun, fakta rekaman membuktikan justru sebaliknya kekerasan menjadi bagian kehidupan kita. Bahkan bahagia melihat orang menderita, turut tertawa, seolah bukan sesama insan.

Itu membuktikan kalau menjadi umat Nabi Muhammad Saw itu memang tidak mudah, begitu pula selalu menjalankan beribu contoh kebaikan yang diajarkannya. Umatnya malah gemar melakukan dosa. Padahal kalau sepenuhnya mengikuti ajaran Beliau, hidup sepertinya akan baik-baik saja. Tak berbuat perkara yang dilarang dan mengikuti perilaku dan perkataannya.

Tetapi bagaimana mungkin karena ketika berbuat salah ada saja alasannya. "Saya hanya manusia yang tak luput dari salah dan dosa." Padahal kalau dipikir-pikir Rasulullah juga manusia. Sosok yang dilahirkan ibu dan disayang oleh Pamannya. Apa bedanya dengan kita? Ya tentu saja banyak jika melihat dari sifat kerasulan Beliau.

Baginda Nabi Muhammad Saw adalah orang yang selalu berkata jujur (shidiq), dapat dipercaya (amanah), menyampaikan kebenaran (tabligh), dan memiliki kecerdasan (fathonah). Semua sifat yang menjadi teladan untuk digugu dan ditiru sebagai umat Islam. Namun, sudahkah kita melakukannya? Cukuplah dijawab di dalam hati saja.

Menjadi Manusia yang Mengikuti Sifat Rasulullah SAW

Meski begitu bukan tidak bisa melakukannya. Sifat-sifat sang nabi itu bagian dalam keseharian kehidupan kita. Kita bukan tak bisa menjadi orang yang yang dipercaya, cuma tak mau melakukan tindakan yang benar.

Persoalannya untuk menyampaikan kebenaran sering terhalang rasa sungkan, ewuh pakewuh lebih sering terpampang nyata. Tidak enak perasaan. Sehingga perbuatan yang salah dibenarkan begitu saja. Kalau sudah begitu sulit rasanya bisa menyampaikan kebenaran. Belum lagi harus memiliki kemampuan kecerdasan seperti yang dimiliki Sang Rasul.

Tak bisa menelaah apa yang salah dan benar. Tidak bisa pula berargumen dari sesuatu hal yang dipertengtangkan. Jadilah jalan kekerasan diambil dalam menyelesaikan masalah. Bukan dengan cara berpikir akan persoalan dapat diselesaikan.

Tetapi jauh daripada itu, terlalu berpanjang lebar membahas sifat-sifat nabi. Apakah kita sudah menjalankan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan dan dicontohkan Rasulullah di bulan Ramadhan. Seperti memperbanyak sedekah, beribadah lebih giat lagi, tak putus menjalankan puasa, dan kebaikan-kebaikan lain yang dapat dilakukan di bulan suci ini. Agar menjadi manusia yang lebih baik setiap kali bulan Ramadhan berlalu. Menjadi Rahmat bagi Sekalian Alam.

Tulisan menarik lainnya: Habib Husein Jafar Sang Panutan Pemuda Tersesat dan Dakwah tentang Toleransi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline