Lihat ke Halaman Asli

Phadli Harahap

TERVERIFIKASI

Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Harapan Terakhir Ramadhan dari Mamak

Diperbarui: 1 April 2022   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Koleksi Pribadi

Di penghujung tahun 2019, adik saya mengirimkan pesan singkat sebagai harapan Ramadhan terakhir dari Mamak. "Mamak pengen kali kalian Ramadhan dan Lebaran di Medan tahun depan." Saya tercekat membaca pesan tersebut. "Doakanlah agar ada rezeki biar bisa ke Medan," jawab saya singkat.

Mamak adalah panggilan ibu di keluarga saya. Kondisi Mamak pada waktu itu tidak baik-baik saja. Sudah sebulan di rumah sakit. Jarak antara Sukabumi dan Medan, tidak memungkinkan untuk menjenguk Mamak. Selain jauh, tentu saja ongkos untuk pulang kampung terkadang menjadi persoalan. Tinggal di perantauan tak selamanya memiliki uang yang cukup untuk bertemu orang tua sendiri.

Kata adik, Mamak berpesan seperti itu karena takut tak bertahan lebih lama lagi. Perih menahan sakit, membuat Mamak merasa tak kuat berlama-lama berada di dunia. Usia sudah menginjak 70 tahun, membuat tubuhnya semakin ringkih dan diujung usia bertahan bukan hanya melawan sakit. Sepertinya juga menahan rindu untuk anak-anaknya yang berada di perantauan.

Tetapi apa daya harapan tinggal harapan, Mamak mengumpulkan anak-anaknya lebih cepat. Tahun 2020 baru menginjak dua hari, ibu kami tersayang meninggal dunia. Kalau biasanya piker panjang untuk pulang, kali ini pulang dengan keputusan yang cepat. Malam menjelang 2 Januari 2020, bergegas ke bandara mengingat keberangkatan menuju Kota Medan setelah menjelang subuh. Pergi lebih cepat ke airport lebih baik, dibandingkan harus ketinggalan pesawat.

Pupus Bertemu Mamak di Bulan Ramadhan

Pada beberapa tahun menjelang akhir usianya, Mamak sering berdoa ingin bertemu dengan bulan Ramadhan tahun depan. Karena bukan hanya untuk menjalankan puasa dan ibadah lainnya, juga menjadi momen berkumpulnya anak-anak dan cucunya di rumah. Apalagi tidak setiap tahun semuanya bisa datang bersama untuk merayakan Lebaran di Medan.

Doa Mamak akhirnya pupus di akhir awal tahun 2020. Di pagi hari tanggal 2 Januari 2020 itu, bersua dengan Mamak dalam keadaan hening. Mamak masih menunjukkan senyum tercantiknya. Tetapi tidak ada lagi tawa menyambut kami di depan rumah seperti Ramadhan sebelumnya, "Pulang kalian ya." Kata-kata itu takkan keluar lagi dari mulut Mamak kami.

Bertemu ibu dalam kondisi telah meninggal dunia itu sungguh membuat sedih yang tertahan sampai sekarang. Apalagi takkan pernah terulang lagi waktu ketika seorang ibu menyambut penuh kasing sayang anaknya yang berkumpul bersama dikala bulan Ramadhan dan Lebaran.

Tahun 2022, Ramadhan ketiga tanpa Mamak. Adik dan Kakak di Medan selalu mengirimkan foto terbaik ketika berada di pusaranya. Sementara saya yang tinggal jauh dari tanah kelahiran hanya bisa memanjatkan doa dan berharap semua untaian kata bisa menembus langit. Doa yang berulang kali diucap, "semoga surga menjadi tempat bagi Mamak dan  selalu mengatakan rindu kami di setiap Ramadhan untuk ibu kami tersayang di alam sana." Kangen Ibu.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline