Lihat ke Halaman Asli

Phadli Harahap

TERVERIFIKASI

Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Sebelum Kurir Jasa Pengiriman "Dibacok" Pembeli

Diperbarui: 28 Mei 2021   08:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pixabay.com

Video tentang tentang seorang kurir jasa pengiriman yang diancam dengan sebilah pedang, sepatutnya menjadi pelajaran bahwa sistem COD itu berbahaya. Bagaimana tidak  pekerjaan yang harusnya hanya mengantar paket malah bisa mengirimkan nyawanya ke akhirat. Syukurnya pedang masih dihunuskan belum tertusuk ke perut apalagi ditebas ke leher. Bisa geger dunia jual-beli online kalau sampai terjadi kasus kekerasan seperti itu.

Persoalannya kasus pembeli yang marah-marah karena barang tidak sesuai yang dipesan bukan sekali itu saja. Ada banyak video beredar yang membuat sang kurir dipojokkan dan digoblok-blok-goblok oleh pembelinya. Perkaranya urusan jual-beli yang harusnya urusan pembeli dan penjual, malah menjadi tambahan pekerjaan kurir jasa pengiriman sebagai pihak ketiga.

Sementara masketplace yang membuat sistem COD (bisa dibayar ditempat) sepertinya belum maksimal memberi edukasi sistem pembayaran tersebut. Dari beberapa kasus pengiriman barang tak sesuai harapan, tampaknya para pembeli tidak memahami aturan COD. Pembeli mungkin mengira sistemnya seperti COD jual beli melihat barang dulu, dibayar kemudian.  

Oleh sebab itu, pihak marketplace semestinya juga turut bertanggung jawab atas beberapa kasus yang membuat petugas jasa pengiriman malah ketiban pulung. Enggak tahu apa-apa soal barang yang dikirim, kok malah jadi tempat amarah dan caci-maki. 

Aturan COD Harus Diedukasi oleh Marketplace Sebelum Kurir Jasa Pengiriman Dibacok Pembeli

Sebenarnya marketplace seperti Tokopedia dan Shopee sudah membuat aturan COD kalau pembeli harus membayar sebelum paket dibuka. Jika ingin melakukan protes bisa dilakukan melalui sistem marketplace. Tetapi apa daya penjelasan tentang aturan bisa bayar ditempat tersebut menjadi buah simalakama. 

Alih-alih dipahami dibayar sebelum membuka barang, pembeli malah ingin bisa membayar kalau barang sesuai dengan yang dipesan. Apesnya penjual online tidak sedikit yang nakal. Buktinya pembeli yang menghunuskan pedang itu mendapati paket kirimannya kosong tidak ada barang sesuai pesanan. 

Maka dari itu, marketplace harus ikut bertanggung jawab kalau terjadi kasus serupa yang dihadapi kurir jasa pengiriman. Jangan-jangan ada banyak petugas pengiriman sudah menjadi korban kemarahan yang harus berhadap-hadapan langsung dengan pembeli. Sebelum korban konflik konsumen dan kurir bertambah banyak, edukasi mengenai sistem pembayaran COD harus lebih sering dijelaskan oleh marketplace.

Kalau tidak bisa, hapuskan saja sistem pembayaran COD daripada membuat masalah lebih besar kedepannya. Apalagi kasus ancaman dengan pedang kepada kurir tersebut sampai dilaporkan kepada pihak kepolisian. Kalau sudah terjadi begitu kan malah menjadi menambah pekerjaan masalah, karena pengiriman dari praktik jual-beli barang menjadi berhadapan dengan hukum. 

Kepada marketplace yang membuat sistem pembayaran COD, segeralah bertindak sebelum kasus kekerasan fisik dan verbal terjadi lagi. Jangan biarkan kurir jasa pengiriman menjadi korban. Jangan sampai ingin meraup untung di atas penderitaan orang lain. Mau tidak mau edukasi sistem pembayaran jual-beli harus diupayakan dapat dimengerti oleh pembeli yang menerima paket dan ingin bayar di tempat. Sebelum Kurir Jasa Pengiriman Dibacok Pembeli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline