Lihat ke Halaman Asli

Pramono Edhie Wibowo dan Peremajaan Alutsista TNI

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Alat utama sistem senjata atau yang biasa disebut alutsista merupakan peralatan pertahanan suatu negara yang sangat penting. Kuat tidaknya pertahanan sebuah negara bergantung pada mentalitas dan kepemilikan alutsista mutakhir yang sebagai sebuah sistem pertahanan nasional suatu negara dari serangan asing.

Kemandirian militer melalui wujud penggunaan alutsista telah menjadi agenda militer sejak reformasi tahun 1998. Hampir 20 tahun alutsista Indonesia tidak diperbaharui. Alhasil Indonesia relatif tertinggal dalam teknologi dibandingkan dengan negara tetangga seperti di kawasan Asia Tenggara.Hal inilah yang menjadi perhatian utama seorang Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo ketika ia menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

Pramono Edhie melakukan kebijakan nyata dengan memperbaharui Alutsista yang saat itu kondisinya begitu memprihatinkan. Peremajaan dan perawatan mutlak diperlukan mengingat usia alutsista yang sudah tua. Ketiadaan peralatan membuat potensi prajurit menjadi tidak terlatih dan nyaris sia-sia. Pramono menjelaskan bahwa selama lebih kurang 16 tahun tidak ada latihan riil, para personel hanya diprasenjatakan. Keahlian untuk menembak secara akurat jadi kurang terasah. Sepanjang belasan tahun tersebut, tanpa disadari tumbuh rasa takut dan tidak percaya diri ketika mereka harus menggunakan peluru tajam.Contoh lain diberikan Pramono Edhie, yakni kesulitan untuk berlatih perang dengan negara sahabat karena stok tank Indonesia mentok di tank ringan (light tank). Latihan kavaleri baru diadakan dalam skala tim kecil, tidak pernah satu batalion lengkap.

"Alutsista kita Ada yang kelahiran 1952, 1960-an, itu lebih tua daripada prajurit-prajurit kita yang paling baru. Makanya saya kadang pesan kepada prajurit saya 'mbahnya tolong dirawat' supaya bisa beroperasi," ujar Pramono Edhie sambil tertawa saat melakukan rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR.

Disinggung mengenai mahalnya biaya peremajaan alutsista, dengan lugasnya Jendral yang berpangkat bintang empat itu menganalogikannya dengan perawatan perempuan cantik. "Wanita cantik saja mahal. Pria cakep juga mahal. Ada rupa ada harga. Pasti ada biaya perawatan dan segala macam. Begitu juga dengan alutsista," ujar Pramono.

Bila melihat perbandingan dana alutsista diantara tiga matra TNI, Angkatan Darat memperoleh porsi terkecil. Jumlah anggaran untuk AD senilai Rp 14 triliun, sementara anggaran dua matra lain, AU dan AL, paling tidak Rp 20 triliun.

Dengan anggaran relatif minim, pembelian alutsista harus dilakukan dengan strategis, efisien, dan transparan. Berdasarkan survei dan kalkulasi matang, ia melihat bahwa pembelian via agen sama saja dengan pemborosan anggaran negara. Edhie Wibowo bercerita pernah hampir tertipu oleh broker saat ingin melengkapi Senjata Senapan Serbu versi 2 (SS2). "Waktu itu saya mau beli teropong bidik. Teropong itu untuk melengkapi senapan SS2 buatan PT Pindad yang tidak memiliki teropong bidik,” ujarnya.

Edhie Wibowo menjelaskan, harga satu buah Teropong Truicon yang ditawarkan broker itu mencapai Rp30 juta. Sementara harga satu buah senapan SS2 hanya Rp9 juta. Melihat harga teropong itu lebih mahal dari harga SS2, maka Edhie Wibowo ragu untuk membeli. "Saya cek di internet, ternyata cuma US$ 1.900," kata Edhie Wibowo. Ia lalu memerintahkan anak buahnya mengecek langsung harga teropong bidik di Amerika Serikat. "Ternyata di sana cuma Rp9 juta. Jauh beda kan harganya," kata Edhie Wibowo.

Peremajaan alutsista lainnya ialah ATGM Javelin. Javelin 1 dipilih karena dinilai combat proven dan memiliki kualitas nomer satu.  ”Sambil duduk-duduk saja, lalu tembakkan, 99 % sasaran akan kena”, ujar Edhie Wibowo.

Departemen Pertahanan maupun Kongres AS menyetujui pembelian rudal anti tank Javelin I, sebanyak 25 peluncur dengan 180 rudal. Pembelian ini juga meliputi rudal simulasi, baterai, suku cadang, sumulator serta training personil dengan nilai kontrak  seharga $ 60 juta USD.Anti tank guided missile Javelin ini akan melengkapi rudal anti-tank  TNI AD, yang juga telah membeli ATGM NLAW dari Inggris.

Menyadari biaya yang tidak sedikit untuk memperbaharui Alutsista, Edhie Wibowo sangat berhati-hati dalam membeli. Persenjataan didatangkan dari luar negeri jika memang tidak diproduksi di dalam Negri. "Bagi saya senjata selama masih bisa dibuat di Pindad harus ambil di Pindad. Kalau senjata berat memang mungkin belum bisa, jadi kita harus membeli dari luar," terangnya.

Lika-liku Edhie Wibowo dalam meremajakan Alutsista TNI AD membuahkan hasil manis. Seluruh peralatan militer ini kemudian diperkenalkan dalam pameran di lapangan Monas pada HUT TNI yang akan jatuh pada 5 Oktober 2012.

Pameran ini juga bertujuan agar masyarakat mengetahui apa saja yang dibelanjakan TNI. Ini adalah upaya Edhie Wibowo dan TNI dalam menjaga transparansi kepada rakyat. Pramono Edhie Wibowo menginginkan masyarakat mengetahui apa saja alat yang digunakan TNI AD. Sehingga dengan demikian, masyarakat akan memberikan dukungan moril bagi prajurit TNI AD.

Beberapa kalangan menilai, Pramono Edhie Wibowo cukup berjasa dalam menyempurnakan dan meremajakan alutsista TNI AD. Hal ini semakin menunjukkan integritas dirinya dalam memimpin. Peremajaan ini tentu menambah daftar prestasi yang diraihnya selama berkarir dibidang militer.

Sejak pensiun dari militer dan disambut baik oleh Partai Demokrat sebagai Dewan Pembina, Pramono konsisten dalam prinsipnya untuk memajukan bangsa.

Sebagaimana kebijakan yang pernah diambilnya dalamperemajaan alutsista dengan sangat hati-hati, Pramono yang saat ini menjadi peserta Konvensi Partai Demokrat juga telah berpikir panjang tentang niatnya untuk maju dalam kancah perpolitikan nasional. Niat seriusnya ini membawanya pada persiapan dan pemantaban diri untuk PEMILU 2014 nanti. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline