"Konser Putih Bersatu" siap putihkan GBK, begitulah jargon yang digaungkan oleh 500 artis penyanyi dan musisi pendukung kampanye akbar Jokowi -- Ma'ruf Amin, yang akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, 13 April 2019.
Di sini saya tidak ingin mengomentari bagaimana persiapan dari 500 artis ini untuk memutihkan GBK.
Di sini saya ingin menyandingkan "Konser Putih Bersatu" ini dengan kampanye akbar Prabowo-Sandi yang digelar seminggu sebelumnya, Minggu, 7 April 2019, juga di GBK.
Meski tak ada jargon "Putihkan GBK", tapi setidaknya massa yang datang ternyata sebagian besar baju putih, berhasil memutihkan luar dalam GBK.
Untuk itu pastinya kubu Jokowi-Ma'ruf Amin tak mau kalah, juga ingin putihkan GBK. Tinggal mampukah kampanye akbar Jokowi -- Ma'ruf Amin yang ditopang event musik "Konser Putih Bersatu" dengan 500 artis pendukungnya berhasil memutihkan GBK.
Secara psikologis politis, seharusnya tanpa mengandalkan bantuan dukungan dan topangan 500 artis penyanyi, seorang Jokowi sebagai petahana yang juga mendapat julukan "Presiden Rock Indonesia" dan "Presiden Musisi Indonesia" punya daya magnet untuk putihkan GBK. Tanpa perlu sampai didukung 500 artis, cukup dengan Slank aja pasti mbludak penontonnya!
Masak dalam konteks ini, sebagai petahana Jokowi kalah kharisma dengan seorang Prabowo yang dalam kampanyenya tanpa memberdayakan gema konser artis mampu putihkan luar dalam GBK.
Nggak tau, adakah dari 500 artis pendukung "Konser Putih Bersatu" ini setiap artis ditargetkan membawa atau menyedot berapa ratus atau ribu penggemar untuk bisa putihkan penuhi kapasitas GBK?
Nggak tau, apakah mereka yang datang untuk putihkan GBK ini sejatinya murni pemilih Jokowi-Ma'ruf Amin?
Nggak tau, apakah mereka yang datang untuk putihkan GBK ini hanya sekedar datang sebagai penggembira semata untuk menikmati penampilan artis idolanya?
Nggak tau, ataukah jangan-jangan "Konser Putih Bersatu" ini hanyalah kuda tunggangan politik Jokowi untuk putihkan GBK?