Lihat ke Halaman Asli

Alex Palit

Jurnalis

Gerakan Moral #SelamatkanIndonesia

Diperbarui: 30 Mei 2018   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaos #SelamatkanIndonesia (foto Alex Palit)

Di tengah eskalasi politik yang kian mendidih oleh peperangan tagar hastag antar kubu di tahun politik jelang Pilpres 2019, di sini saya bukan anti #Salam2Periode, bukan anti #2019GantiPresiden, tapi saya #AntiKekerasan dan #AntiPolitisasiSARA.

Adapun #SelamatkanIndonesia di sini tak lebih hanyalah merupakan gerakan moral menentang segala bentuk politik kekerasan dan politisasi politik SARA di Pilpres 2019.

Dan #SelamatanIndonesia bukan sayap kanan atau sayap kiri atau afiliasi kubu politik tertentu. Di sini kita hanyalah gerakan moral dari aliansi pewarta independen terdiri dari jurnalis, musisi, penyair, dan para anti hate speech, anti hoax, anti politik kekerasan, dan anti politisasi politik SARA.

Pastinya sebagai warganegara dan anak bangsa yang menjujung tinggi toleransi bhinneka tunggal ika tidak menginginkan gelaran Pilpres 2019 berjalan sejuk, aman, tenteran, damai, dan tidak diwarnai hura-hura politik menyebabkan terjadinya polarisasi atau konflik horizontal yang bisa memercikan benih disintegrasi kesatuan dan persatuan.

Adapun gerakan moral #SelamatkanIndonesia merupakan respon keprihatinan atas apa yang terjadi di panggung politik kita hari ini.  

Bagaimana hanya lantaran beda pandangan, beda pendapat, beda pilihan politik seperti saat jelang gelaran pilkada atau pilpres, kita pun saling tebar serangan ujaran kebencian (hate speech) maupun berita bohong (hoax) antar kubu pendukung. Dan kita pun terpolarisasi dan terbelah olehnya.

Termasuk bagaimana kita saksikan tontonan kekerasan-kekerasan sosial yang dipicu peperangan saling serang hate speech.  

Termasuk bagaimana kita saksikan tontonan kekerasan sosial yang dipicu peperangan saling serang antar tagar hastag antar kubu.

Adakah yang salah di kita? Ataukah ini hanyalah merupakan kegagalan diri dalam memahami sejarah panjang histori kultural kebangsaan kita?

Benarkah kita yang secara histori kultural dikenal sebagai bangsa yang bermartabat ramah, penuh welas asih, penuh toleransi, santun, guyub saling menghargai dan menghormati sebagaimana dari cerita yang ada, kini sudah kehilangan kemesraan sosial?

Adakah kini yang salah dengan kita dalam memahami sejarah panjang kehidupan bangsa ini?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline