Lihat ke Halaman Asli

Alex Palit

Jurnalis

Capres Bukan Sekadar Jago Tinju atau Pencak Silat tapi Juga Berjiwa Satria

Diperbarui: 5 Maret 2018   02:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bambu unik trisula (foto Alex Palit)

Di sini saya juga tidak ingin berandai-andai apakah nantinya ada persyaratan seseorang yang akan mencalonkan diri sebagai calon presiden (capres) di laga kompetisi Pilpres 2019 disyaratkan memiliki ketrampilan olahraga jago bermain tinju, judo, karate, kungfu atau pencak silat.  

Pastinya tidak ada larangan bagi capres untuk berlatih atau memperdalam ilmu olahraga bela diri yang disukai tinju, judo, karate, kungfu atau pencak silat agar senantiasa raganya tetap sehat, bugar dan prima.

Boleh-boleh saja dan tak ada larangan siapa pun capresnya yang nantinya maju di laga kontestasi Pilpres 2019 untuk membekali diri dengan ketrampilan olahraga bela diri tinju, judo, karate, kungfu atau pencak silat. Termasuk membekali diri memperdalam ilmu ketrampilan silat lidah.

Tapi jangan lupa, siapa pun itu capresnya hendaknya tidak sekadar memperdalam ilmu raga, tapi juga membekali diri dengan ngelmu olah batin yaitu jiwa satria.

Di artikel ini saya sengaja menampilkan foto bambu unik trisula sebagai simbolisasi sebagaimana merujuk pada ramalan Prabu Jayabaya prihal Ratu Adil, bahwa seorang pemimpin (baca: Ratu Adil) harus bersenjatakan trisula.

Di mana makna trisula ini dalam konsep Ratu Adil bahwa seorang pemimpin itu harus berjiwa atau memiliki karakter Satria Bhayangkara, Satria Panandita,dan Satria Raja.

Pertama, berjiwa "Satria Bayangkara" yaitu sosok pemimpin yang memiliki kewibawaan dan ketegasan dalam bersikap dan bertindak. Setia pada janji, satunya kata dengan perbuatan, tidak mencla-mencle. Melindungi dan mengayomi rakyatnya, berjiwa pemaaf terhadap lawan politiknya dengan mengacu pada spirit mikul duwur mendem jero.

Kedua, berjiwa "Satria Panandita" adalah sosok pemimpin yang religius, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, etika dan moralitas. Amanah dalam mengemban tugas demi kesejahteraan rakyat, dan tidak korup mengejar hasrat duniawi demi kepentingan diri sendiri, kerabatnya atau koleganya.

Ketiga, berjiwa "Satria Raja" adalah sosok pemimpin berjiwa negarawan yang mengabdi demi dan untuk mensejahterakan rakyatnya, bukan menjadi abdi negara demi kekuasaan yang korup sebagai komparador untuk kepentingan asing.

Semua itu dikembalikan lagi pada penilaian rakyat Indonesia dalam menilai, memilah dan memilih apakah dan siapahkah sejatinya sosok capres yang nantinya akan berlaga di kontestasi Pilpres 2019 sudah menceminkan dan merepresentasikan berjiwa satria.

Di pundak pemimpin berjiwa dan berkarakter Satria Bayangkara, Satria Pandhitadan Satria Raja inilah rakyat Indonesia mendambakan dan menggantungkan harapan datangnya pemerintahan "Ratu Adil", bukan sekadar main adu pencitraan jago bermain tinju atau pencak silat, atau bersilat lidah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline